Jakarta, ILLINI NEWS – Ternyata pembuat es bisa kaya raya. Sejarah mencatat, beberapa orang menjadi sukses dan kaya raya dengan berjualan es.
Salah satunya adalah Tasripin. Ia memiliki kekayaan bersih Rp7 triliun.
Cerita apa?
Pada tahun 1900-an, Tasripin adalah salah satu orang terkaya di masa kolonial Indonesia. Ketika dia meninggal, surat kabar De Nieuwe Vorstenlanden (8 September 1919) memberitakan bahwa kekayaannya mencapai 45 juta gulden.
Saat itu harga satu liter beras hanya 6 sen. Artinya, dia bisa membeli 750 juta liter beras dengan harga 45 juta gulden. Jika saat ini harga satu liter beras adalah $10.000, maka kekayaan Tasripin setara dengan $7 triliun saat ini.
Nilai nominal tersebut didapat dari hasil penjualan es. Pada zaman Tasripin hidup, belum ada lemari es atau freezer sehingga sulit mendapatkan es. Oleh karena itu, es menjadi favorit karena harganya yang mahal dan permintaan yang terus-menerus.
Jadi siapapun yang membangun pabrik es bisa kaya seperti Tasripin. Harian de Locomotief (25 Juli 1902) memberitakan bahwa pabrik es Tasripin berada di wilayah Ungaran, Semarang.
Delapan tahun kemudian, ia membangun pabrik es lain di wilayah yang sama dengan Petelan di Semarang. De Locomotief (5 September 1910) melaporkan bahwa pabrik es tersebut merupakan yang terbesar di sana dan dikelola langsung oleh pria kelahiran 1834 itu.
Selain berjualan es, Tasripin juga melakukan diversifikasi usaha. Ia kedapatan adalah pemilik rumah jagal dan biasa membeli dan menjual kulit binatang. Kedua bisnis tersebut meningkatkan kekayaannya.
Ia menerima 30-40 ribu gulden per bulan. Tak heran ia memiliki banyak rumah dan tanah di Semarang. Pabrik es juga menjadi lebih umum.
Kesuksesan Tasripin sebagai pengusaha es berakhir dengan kematiannya pada tahun 1919. Setelah itu, keluarga tersebut melanjutkan bisnis es tersebut, namun tidak diketahui jejaknya. Belakangan dalam sejarah, ia diakui sebagai orang terkaya di Indonesia oleh sekelompok pribumi yang mulai berjualan es. Jejak Raja Es lainnya
Selain Tasripin, masih ada lagi penjual es sukses dan kaya raya. Seorang penjual es bernama Kwa Wan Hong tinggal di Semarang yang seumuran dengan Tasripin. Meski tak sekaya Tasripin, Kwa tercatat dalam sejarah sebagai Raja Es.
Karena Kwa mendirikan industri es pertama di Indonesia. Pada tahun 1895, Pabrik Es Kwa Hu Hien didirikan. Dalam Lintas Budaya Nusa Java, sejarawan Denis Lombard (1999) menyatakan bahwa es dihasilkan oleh reaksi kimia campuran garam dan amonia yang mengubah air menjadi es.
Surat kabar De Nieuwe Vorstenlanden (17 Juli 1901) memberitakan bahwa keberadaan pabrik es Kwa mengubah kebiasaan konsumsi es masyarakat Indonesia. Es yang dulunya mahal dan sulit didapat kini menjadi lebih murah.
Orang bisa minum minuman dingin. Dan berkat Kwa, pabrik es krim pertama didirikan pada masa kolonial. Tidak jelas seberapa kaya dia, tapi yang jelas dia punya banyak kekayaan. Karena dia punya banyak tanah, rumah dan pabrik es.
Ada pula penjual es di Magelang yang bernama Robert Chevalier. Dia rutin menjual es di bawah bendera NV. Magelangsche Ijs en Mineralwater Fabriek sejak tahun 1920. Ia memiliki tiga pabrik es dan konon menjadi sangat kaya sebelum bangkrut ketika Jepang tiba pada tahun 1942.
Tasripin senilai Rp 7 T, disusul raja es Indonesia Kwa Wan Hung dan Robert Chevalier menjadi bukti penjual es bisa sukses dan kaya raya. Jadi, orang yang menjual es dengan olahan berbeda-beda tidak boleh dianggap remeh. (mfa/sef) Simak videonya di bawah ini: Video: Lirik Prospek Bisnis Perawatan Rambut Lokal.