Jakarta, ILLINI NEWS – Presiden Indonesia Prabowo Subianto, Presiden China Xi Jinping, dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden duduk “di meja yang sama”. Tiga di antaranya resmi tiba dan menghadiri KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) akhir pekan ini di Lima, Peru.
Diketahui, Prabowo sudah berada di sana sejak Rabu waktu setempat. Sementara itu, Xi Jinping dan Biden juga tiba di Lima pada hari Kamis.
Prabowo bahkan bertemu dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di sela-sela KTT. Selain itu, Xi dan Biden dijadwalkan mengadakan pertemuan “pribadi”.
Perlu dicatat bahwa APEC didirikan pada tahun 1989 untuk meliberalisasi perdagangan regional. APECA menyatukan 21 negara yang menyumbang sekitar 60% PDB dunia dan lebih dari 40% perdagangan dunia.
Agenda KTT APEC kali ini difokuskan pada perdagangan dan investasi yang disebut dengan pertumbuhan inklusif. Indonesia sendiri merupakan bagian dari APEC. KTT APEC yang “kabur”.
Pertemuan APEC ini istimewa karena menandai berakhirnya era pemerintahan Biden. Dia akan digantikan oleh lawan politik Donald Trump.
Trump terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47 setelah kemenangannya pada tanggal 5 November. Dia mengalahkan pasangan Biden saat ini, Kamal Harris.
Terpilihnya Trump disebut-sebut mengacaukan agenda KTT APEC kali ini. Hal ini disebabkan oleh kebijakan Trump yang menaikkan tarif impor hingga 60% untuk China dan 10-20% untuk negara lain.
Trump bahkan pekan ini mengonfirmasi bahwa ia telah menggantikan Menteri Luar Negeri AS (Menlu) dari Anthony Blinken menjadi Senator yang agresif terhadap Tiongkok, Marco Rubio.
Trump juga berjanji akan mengembalikan penggunaan bahan bakar fosil di AS, yang membuat para aktivis perubahan iklim khawatir.
“Fokus ini konsisten dengan agenda Trump ‘America First’, yang ditandai dengan pendekatan proteksionis terhadap perdagangan global dan kebijakan ‘domestic-centric’ atau kebijakan luar negeri yang lebih bersifat domestik dibandingkan internasional,” kata AFP.
“Tetapi para ekonom mengatakan tarif yang bersifat menghukum juga akan merugikan perekonomian AS. Mereka khawatir hal itu akan mengancam kinerja ekspor Negeri Paman Sam dan juga menaikkan harga banyak barang dalam negeri,” tulis halaman tersebut.
(sef/sef) Tonton video di bawah ini: Biden: Anda tidak harus menjadi Yahudi untuk menjadi Zionis Artikel berikutnya Prabowo menghadiri KTT APEC, mendarat di Peru