Jakarta, ILLINI NEWS – Tahun 2024 tampaknya menjadi masa sulit bagi banyak generasi Z. Mereka yang baru lulus dan sedang mencari pekerjaan kesulitan mendapatkan tawaran pekerjaan, sementara banyak dari mereka yang sudah bekerja juga menjadi korban PHK atau PHK. .
Laporan terbaru dari Intelligent, sebuah platform nasihat pendidikan dan karier, mengungkap data mengejutkan tentang pekerja Generasi Z. Menurut laporan tersebut, sekitar enam dari 10 perusahaan yang disurvei melaporkan memberhentikan lulusan perguruan tinggi baru-baru ini pada tahun ini.
Beberapa alasan di balik keputusan ini antara lain kurangnya motivasi karyawan, kurangnya profesionalisme, dan buruknya kemampuan komunikasi.
“Banyak lulusan baru yang merasa kesulitan memasuki dunia kerja untuk pertama kalinya karena kondisinya bisa sangat berbeda dari apa yang biasa mereka alami selama studi. Mereka seringkali tidak siap menghadapi lingkungan yang kurang terstruktur, dinamika dunia kerja. budaya dan ekspektasi terhadap wirausaha,” kata Huy Nguyen, kepala penasihat pelatihan dan pengembangan profesional di Intelligent, dalam sebuah pernyataan, dilansir Euronews.
Laporan terpisah dari bulan April menemukan bahwa pekerja Gen Z terlalu bergantung pada dukungan orang tua mereka selama mencari pekerjaan.
Berdasarkan survei yang dilakukan ResumeTemplates, 70 persen mengaku meminta bantuan orang tua dalam proses pencarian kerja.
Sementara itu, 25 persen lainnya bahkan membawa orang tua mereka untuk wawancara, sementara banyak lainnya meminta orang tua mereka mengirimkan lamaran kerja dan menulis resume untuk mereka.
Inilah alasan mengapa perusahaan memberhentikan karyawan Generasi Z:
1. Kurangnya motivasi atau inisiatif: 50 persen
2. Kurangnya profesionalisme: 46 persen
3. Keterampilan berorganisasi yang buruk: 42 persen
4. Keterampilan komunikasi yang buruk: 39 persen
5. Kesulitan menerima umpan balik: 38 persen
6. Kurangnya pengalaman kerja yang relevan: 38 persen
7. Keterampilan pemecahan masalah yang buruk: 34 persen
8. Keterampilan teknis yang tidak memadai: 31 persen
9. Ketidaksesuaian budaya: 31 persen
10. Kesulitan bekerja dalam tim: 30 persen
Pengakuan generasi Z yang dipecat
Gebsy (bukan nama sebenarnya) adalah seorang Gen Z berusia 25 tahun warga Jakarta yang menjadi korban PHK. Alasan pemecatannya, menurut dia, karena dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Bahkan, Gebsy menilai dirinya telah berusaha semaksimal mungkin dalam menjalankan seluruh tugas yang diberikan atasannya.
Generasi Z yang sudah kurang lebih satu tahun menganggur ini, menilai atasannya yang merupakan generasi Baby Boomer dan Millennial tidak memiliki misi yang sesuai dengan apa yang disandangnya sebagai Generasi Z. Selama tiga bulan bekerja di sebuah perusahaan teknologi, akunya. bahwa dia sering meremehkan dirinya sendiri di tempat kerja.
“Mereka kolot. Selalu meremehkan, selera mereka terhadap desain terlalu kolot, mereka tidak mengapresiasi atau memicu kreativitas saya sebagai Generasi Z, mereka kurang memiliki keseimbangan kehidupan kerja (work-life balance) ),” katanya Gebsy kepada ILLINI NEWS.
Selain merasa sering diremehkan, alasan lain yang menyebabkan Gebsy kehilangan motivasi dan dipecat dari perusahaan adalah gaji. Gebsy mengaku diolok-olok atasannya karena meminta kenaikan gaji dibandingkan perjanjian awal dalam kontrak kerja.
Menurut lulusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Tangerang ini, wajar jika ia menuntut kenaikan gaji. Pasalnya, nilai nominal yang ditawarkan perseroan sangat jauh dari Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta yakni 3,7 juta. Rp.
Ia mengatakan, gaji tersebut, selain di bawah nominal UMP, juga sangat tidak memadai untuk profesi desain grafis. Selain itu, Anda sering kali diberi pekerjaan di luar tugas utama Anda dan sering kali dihubungi pada akhir pekan.
(hsy/hsy) Simak videonya di bawah ini: Video: Perjalanan Shin Tae Yong Bersama Timnas Indonesia Artikel Berikutnya Generasi Z dan Milenial Diprediksi Lebih Cepat Terpuruk, Ini Alasannya