Jakarta, ILLINI NEWS – Volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuat investor semakin was-was. Sebab, tren IHSG sepanjang bulan ini mengalami penurunan sebesar 8,31% dan anjlok ke level 7.140,91 pada perdagangan Kamis (21 November 2024).
Jatuhnya IHSG disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari terpilihnya Trump hingga masa jabatan presiden AS, arus keluar modal (capital outflow) hingga memburuknya berbagai indikator dalam negeri, termasuk perlambatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Selama November, IHSG melemah 5,71%. Buruknya kinerja IHSG menjadi kabar buruk di awal kepemimpinan presiden baru Prabowo Subianto.
Sejak terpilihnya Prabowo Subianto Jojohadikusumo dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029 pada 20 Oktober 2024, IHSG belum mampu kembali ke tren penguatannya.
Sebagai catatan, IHSG justru anjlok sebesar 7,3% dalam kurun waktu satu bulan setelah Prabowo menjabat hingga 19 November 2024, tepat satu bulan setelah Prabowo menjadi presiden Indonesia.
Jika melihat rekor lima pemerintahan Indonesia terakhir, satu bulan di bawah pemerintahan Prabowo merupakan rekor terburuk sepanjang sejarah IHSG.
Penurunan IHSG disebabkan oleh berlanjutnya penjualan ke luar negeri pada bulan pemerintahan baru Indonesia mulai menjabat. Penjualan bersih asing mencapai Rp 15,04 triliun pada bulan tersebut.
Selain itu, kondisi perekonomian Indonesia yang memburuk memaksa investor asing meninggalkan negaranya.
Data Bank Sentral Indonesia menunjukkan penjualan bersih asing telah terjadi selama enam minggu berturut-turut atau sejak minggu kedua Oktober 2024, dengan total penjualan bersih melebihi Rp 30 triliun.
Selama bulan November, data perekonomian Indonesia terus menurun sehingga mendorong investor meninggalkan pasar keuangan Indonesia.
Berdasarkan data, laju pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami penurunan. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perekonomian mencapai tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 4,95% pada triwulan III tahun 2024. Angka ini turun dibandingkan 5,05% pada Q2 2024 (per tahun).
Selain itu, kabar Bank Indonesia (BI) yang tetap tidak berubah juga menjadi kabar buruk bagi investor asing.
Direksi Bank Indonesia kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga BI sebesar 6% hingga November 2024. Dengan demikian, suku bunga deposito sebesar 5,25 persen dan suku bunga pinjaman sebesar 6,75 persen.
Keputusan ini dipandang sebagai upaya Bank Sentral Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar rupiah di tengah meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global pasca terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden AS.
Ini semua adalah alasan kurangnya minat terhadap pasar keuangan negara.
Riset ILLINI NEWS
[dilindungi email](dilihat/dilihat)