berita aktual Budi Arie Ungkap Penyebab Susu RI Kalah Sukses dari Selandia Baru Cs

Jakarta, ILLINI NEWS – Menteri Koperasi (Menkop) Budi Ari Setiadi menyoroti keberhasilan koperasi susu di Selandia Baru dan Belanda. Menurutnya, melalui model kooperatif, negara-negara tersebut mampu meningkatkan produktivitasnya hingga menjadi pemain penting di pasar susu dunia. 

Ia juga membandingkan situasi di Indonesia dalam hal produksi dan keberadaan koperasi susu di Tanah Air. Budi Ari kemudian menjelaskan permasalahan utama yang membuat produksi susu Indonesia masih tertinggal jauh dari negara produsen seperti Selandia Baru dan Australia.

Budi meyakini keberhasilan koperasi susu di kedua negara ini merupakan bukti nyata kekuatan koperasi yang terstruktur dan terorganisir dengan baik. Menurutnya, koperasi susu terbesar di dunia seperti Fonterra di Selandia Baru dan Friesland Campina di Belanda merupakan hasil kerja sama yang terjalin baik antar peternak.

Menurutnya, Fonterra telah mampu menggunakan model koperasi untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petaninya, serta memperoleh posisi kuat dalam negosiasi di pasar global.

“Karena kalau punya peternakan seperti ini, skalanya harus bersama-sama. Misalnya 1.000 peternak punya 10 ekor sapi, (maka) 10.000 ekornya ada di koperasi (dalam pengelolaan). Jadi mereka punya posisi negosiasi, begitu pula posisi yang lebih kuat di pasar,” ujarnya saat ditemui di Menara Budi Bank Mega, Jakarta, Selasa (12/11/2024).

Selain itu, di Indonesia, Budi menemukan bahwa tantangan utama koperasi susu adalah rendahnya produktivitas. Saat ini produktivitas sapi perah di Indonesia hanya 8-12 liter per ekor per hari, jauh lebih rendah dibandingkan Selandia Baru dan Australia yang rata-rata 25 liter per hari.

“Di Indonesia produksi susu sapi 8-12 liter per ekor per hari, sedangkan di negara lain seperti Selandia Baru dan Australia sudah mencapai 25 liter (per ekor per hari). Bayangkan jika dari segi performa, “Itu sudah separuhnya, ‘Hah?’ katanya.

Ia juga menjelaskan, permasalahan rendahnya produktivitas sebagian besar terkait dengan kualitas pakan dan bibit sapi perah. Menurutnya, jika kualitas pakan bagus maka produksi susu juga akan baik.

“Saya diskusi dengan para ahli peternakan dan mereka bilang kualitas pakan (jadi masalah) jadi kalau pakannya bagus tentu produksi susunya atau produksi susunya bisa tinggi,” jelasnya.

Namun, kata Budi, urusan pangan dan sapi perah merupakan kewenangan Kementerian Pertanian, namun Kementerian Koperasi memikirkan bagaimana menata koperasi agar bisa membantu petani kecil untuk meningkatkan produksinya. efisiensi.

“(Peningkatan produktivitas) itu tanggung jawab Kementerian Pertanian. Namun, kami akan terus melakukan koordinasi antar kementerian dan lembaga untuk menciptakan kesatuan kebijakan. Tapi tugas kami di Kementerian Koperasi adalah menatanya,” kata Budi.

Selain itu, menunjukkan bahwa keberhasilan koperasi susu di Selandia Baru dan Belanda dapat menjadi andalan sektor peternakan dan pertanian jika koperasi diorganisir dengan baik.

Praktisnya, kata dia, anggota koperasi di negara-negara tersebut bisa memperoleh pendapatan tahunan yang cukup besar dari bisnis susu, dimana pendapatan Residual Business Productivity (SHU) mencapai US$ 40.000 atau sekitar Rs 632 juta per tahun (kurs Rs 15.811/bo). USD).

“Bayangkan satu orang menerima 40.000 SHU per tahun dari koperasi di negara tersebut. Ini akan membuat petani sejahtera,” tutupnya. (dce) Simak video berikut: Video: Dilema Impor Susu Besar, Pemerintah Segera Turun Artikel berikutnya Budi Ari Prabowo Ungkap Ambisi Perluas Kementerian Koperasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *