JAKARTA, ILLINI NEWS – Salah satu pendiri Lion Air Rusdi Kirana mendapat jabatan baru sebagai Wakil Ketua MPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Rusdy mengaku, jika menjabat, ia akan fokus terutama pada MPR dan rehat sementara mengelola bisnisnya di Lion Air Group.
“Umur saya 61 tahun karena saya mewariskan ke generasi lain, saya sempat di sini,” ujarnya di Gedung MPR-DPR Senayan Jakarta, Kamis (6/10/2024) lalu, mengutip Minggu.
Rushdie bersikeras bahwa dia tidak bisa melakukan lebih dari satu pekerjaan. Jadi salah satu dari mereka perlu dipilih. Ia pun memilih fokus pada MPR.
“Karena tidak mungkin pengusaha penerbangan kita bisa berkunjung ke DPR atau sebaliknya karena terlalu sibuk,” tegasnya.
“(Kalau begitu fokus ke MPR) Ya,” tegasnya.
Di MPR, Rusdy menyatakan akan memperjuangkan masa depan dan hak-hak usaha kecil dan menengah (UKM). Rusdi mengatakan, keinginan tersebut bermula dari perannya sebagai pengusaha di Indonesia.
Ia mengatakan, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan pihak dalam persaingan perekonomian dunia yang perlu dilindungi negara.
“Saya memahami bahwa negara ini membutuhkan UMKM, apalagi dalam kondisi dunia yang luar biasa ini. Jadi, kita perlu melindungi UMKM,” tambah Rushdie, “Apa pun perlindungannya, saya kira itu wajar. Makanya saya angkat suara. mengatasnamakan UMKM.” lanjutan
Secara rinci, Rusdi mengatakan akan melindungi pelaku UMKM yang bergerak di sektor pakaian jadi. Ia menegaskan, jumlah produsen garmen dalam negeri mulai berkurang akibat besarnya impor garmen.
Mantan direktur utama Lion Air ini mengatakan, “Saya sangat risih dengan nama-nama pabrik garmen atau pengusaha konveksi rumahan. Pengusaha rumahan hampir mati karena harga barang impor sangat murah.”
“Baiklah, kami akan memperjuangkannya. Bagaimana pemerintah bisa melindungi mereka?” Dia melanjutkan.
Selain memperjuangkan dan melindungi UMKM, Rusdi juga berkomitmen untuk mengatasi permasalahan mahalnya harga tiket pesawat dalam negeri yang menjadi fokus perhatian masyarakat Indonesia dan tidak pernah surut.
Menurut Rusdi, harga tiket pesawat domestik yang mahal; Harga bahan bakar penerbangan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti PPN, impor suku cadang atau komponen, dan pengaruh nilai tukar. Selain itu, dia mengklaim harga tiket yang disengketakan adalah untuk rute Indonesia Timur.
Rusdi mengatakan, salah satu langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk menurunkan harga tiket pesawat dalam negeri adalah dengan menstabilkan harga impor avtur, PPN, dan suku cadang, termasuk penghapusan bea masuk.
“Impor komponennya kena bea masuk. Kebanyakan dari kita para pengusaha di Indonesia tidak bisa memperbaiki komponen pesawat, sehingga harus kirim ke luar negeri. Nah kalau kirim ke luar negeri biayanya lebih mahal,” jelas Rusdi.
“Kalau negara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand membebaskan (pajak), pengusaha bisa memperbaiki komponennya sehingga dampaknya terhadap devisa tidak sebesar sekarang,” lanjutnya. (wur/wur) Tonton video di bawah ini: Video: Setelah 5 bulan deflasi, UR catat inflasi 0,08% di Oktober Artikel selanjutnya Boeing akui kesalahan dalam kecelakaan Lion Air, pembeli khawatir