Jakarta, ILLINI NEWS – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan ketergantungan negara lain terhadap bijih nikel Indonesia terus berlanjut sejak zaman penjajahan. Oleh karena itu, setelah pemerintah memutuskan untuk melarang program hilirisasi bijih nikel, diakuinya banyak penentang dari negara lain. “Negara lain bergantung pada bahan baku atau material Indonesia. Karena sejak zaman penjajahan, mereka ingin mengirim dari luar negeri. kita. Ketika ekspor bijih nikel dihentikan, banyak tantangan dimana-mana,” kata Bahlil dalam Rakornas REPNAS 2024 di Jakarta, Senin (14/10/2024). Pertama, Bahlil mengungkapkan cadangan nikel Indonesia relatif besar. Padahal, nikel RI diprediksi menyumbang 45% cadangan nikel global. Jadi jika berbicara mengenai industri hijau yang sedang ramai diperbincangkan dunia, Indonesia mempunyai kelebihan tersendiri. “Cadangan nikel dunia pada tahun 2023 menurut data geologi AS adalah 20% dari nikel dunia, namun 4 bulan yang lalu, data geologi AS menyebutkan bahwa kita cadangan nikel mencapai 40-45% dari nikel dunia, kata Bahlil Sementara itu, berdasarkan materi yang disampaikan Kementerian ESDM, cadangan bijih nikel Indonesia merupakan yang terbesar di dunia dengan pangsa 42,1% dari total nikel dunia. 18,4%, Brazil 12,2%, Rusia 6,4%, Kaledonia Baru 5,4%, Filipina 3,7%, China 3,2%, dan sisanya negara lain.
Indonesia juga sudah menghentikan ekspor bijih nikel sejak 1 Januari 2020. Sejak pelarangan ekspor bijih nikel, Indonesia mendapat tantangan dari berbagai pihak asing, mulai dari kasus UE melawan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Dana Moneter Internasional (IMF). IMF). ) ), dan dalam dan dengan baru-baru ini. Program hilirisasi nikel di Tanah Air dituding AS mengandung unsur kerja paksa.
(ven/wia) Simak video berikut ini: Video: 2 Menteri dan Bos Tambang Datang ke Istana Temui Jokowi Artikel selanjutnya Proyek paling membanggakan Jokowi Tingkatkan Impor Bijih Nikel RI, Tahukah Anda?