Jakarta, ILLINI NEWS – Jelang pemilu AS, tim kampanye Kamala Harris mengambil langkah kontroversial dengan menayangkan klip pernyataan paling provokatif Donald Trump di layar lebar di setiap acara, menampilkan retorika Trump yang rasis dan terkadang kekerasan.
Menurut beberapa ajudan dan sekutunya, ini adalah strategi Harris untuk mengingatkan pemilih akan pentingnya pemilu kali ini. Namun strategi tersebut tampaknya tidak berhasil bagi Harris yang mengalami kekalahan telak pada Rabu (11/6/2024) sehingga mengguncang posisi Partai Demokrat secara keseluruhan.
Harris sebelumnya mengambil alih kampanye dari Joe Biden selama musim panas, ketika popularitas presiden tersebut anjlok, sehingga menyulitkan Partai Demokrat untuk menyampaikan pesan yang kuat.
Setelah Biden mundur dari pencalonan, Harris dengan cepat memobilisasi dukungan untuk Partai Demokrat, menyerukan perempuan untuk bersatu, melibatkan pembuat konten media sosial, dan berhasil mengumpulkan dana. Namun, akumulasi momentum tersebut gagal mempengaruhi pemilih secara signifikan.
Namun, ketidakmampuan Harris untuk keluar dari bayang-bayang Biden juga menghambat upaya meyakinkan pemilih bahwa ia adalah kandidat reformasi.
Banyak pemilih yang kecewa karena Harris tidak cukup menjauhkan diri dari kebijakan ekonomi Biden, yang merupakan salah satu kelemahan terbesar pemerintahan sebelumnya.
“Joe Biden adalah alasan utama kekalahan Kamala Harris dan Partai Demokrat malam ini,” kata salah satu ajudan Harris yang tidak disebutkan namanya, menurut Politico.
Selain itu, kampanye Partai Demokrat yang terkesan tidak terkoordinasi juga mendapat perhatian. Di beberapa negara bagian utama, tim Harris dipandang kurang memiliki ikatan yang kuat dengan pemerintah daerah dan tidak mampu mendapatkan dukungan dari tokoh-tokoh penting.
Di Pennsylvania, misalnya, Partai Demokrat Yahudi dan sekutunya mengeluh kepada tim Harris tentang kurangnya koneksi mereka dengan pejabat penting negara, yang pada akhirnya merugikan kemampuan kampanye mereka untuk membujuk pemilih agar mendukungnya.
Kesulitan Harris diperburuk oleh kurangnya kontak langsung dengan media besar, sehingga menimbulkan pertanyaan dari pers.
Harris menunda wawancara eksklusif selama lebih dari sebulan setelah meluncurkan kampanyenya. Dalam wawancara terbatasnya, Harris juga menghindari merinci beberapa kebijakannya, termasuk perubahan pandangannya mengenai kebijakan fracking dan imigrasi.
Hal ini membuat para pemilih mempertanyakan tingkat komitmen Harris terhadap prinsip-prinsip yang telah ia perjuangkan sebelumnya.
Pada akhirnya, keputusan Harris untuk tidak berpisah dengan Biden juga dipandang oleh sebagian orang sebagai keputusan yang berisiko. Meski Biden sendiri mengizinkan Harris untuk mengubah keadaan, Harris bersikeras tetap menjaga kesetiaannya kepada Biden untuk menjaga integritasnya di mata publik.
Kekalahan tersebut memicu reaksi balik dari Partai Demokrat, dan beberapa pihak menyerukan evaluasi menyeluruh atas kegagalan partai tersebut dalam membendung “gelombang merah” yang menguntungkan Partai Republik.
(luc/luc) Tonton video di bawah ini: Video: Pilpres AS Tepat di Depan Mata, Itu Pilihan Para Pemimpin Dunia Artikel berikutnyaJoe Biden Mundur dari Pilpres AS, Dukung Dukung Pahlawan Lawan Donald Trump