illini berita Banjir Stimulus untuk Dongkrak Daya Beli, Saatnya Pasar Bangkit?

Pemerintah banyak memberikan insentif untuk meningkatkan daya beli. Aktivitas manufaktur di Amerika Serikat kembali menurun. The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin

Jakarta, ILLINI NEWS – Pemerintah telah mengumumkan klasifikasi produk mengenai pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 12% yang berlaku mulai 1 Januari 2025. Kebijakan mengenai pajak pertambahan nilai menjadi salah satu sentimen yang dicermati pelaku pasar. ,

Penjelasan mengenai dampak PPN dan lain-lain dapat Anda baca di halaman tiga. Sedangkan jadwal rilis data penting ada di halaman empat.

Pengumuman pengenaan pajak pertambahan nilai sebesar 12% menunjukkan pelemahan di pasar keuangan Indonesia, pasar saham, dan nilai tukar rupiah.

Indeks Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada penutupan perdagangan Senin (16/12/2024). IHSG turun 0,9% menjadi 7.258,63. Setelah bertahan di level 7.300-7.400 selama beberapa hari, IHSG kembali terkoreksi hingga ke level psikologis 7.200.

Nilai perdagangan indeks mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan melibatkan 22 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 159 saham menguat, 442 saham melemah, dan 193 saham stagnan.

Tercatat seluruh sektor berada di zona merah dengan bahan baku, konsumen non primer, energi, kesehatan, infrastruktur, dan transportasi turun lebih dari 1%. Sementara itu, sektor properti dan teknologi paling terpukul dengan total koreksi lebih dari 2%.

Sementara dari sisi saham, emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) IHSG paling mendapat tekanan hingga mencapai 14,9 poin indeks. Selain itu, emiten teknologi adalah PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang memiliki skor indeks 11,4 di IHSG.

Saat ini, banyak ahli yang berbeda pendapat mengenai penurunan IHSG. Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Barra Kukuh Mamiya mengatakan pelemahan IHSG disebabkan pelaku pasar menunggu dan mencermati keputusan Federal Reserve/Fed. Bank sentral lainnya termasuk Bank Indonesia (BI) pada pekan ini.

Barra Kukuh juga menyinggung aksi ambil untung di pasar saat memasuki akhir tahun. Selain itu, pengumuman kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) hingga 12 persen juga terlihat berdampak pada mereka.

Senada dengan Barra, Ekonom Bank Danamon Hosiana Situmorang mengatakan pelemahan IHSG dipengaruhi oleh aksi ambil untung dan wait and see terkait kebijakan PPN 12%.

Sebaliknya, pada awal pekan ini, rupee kembali melemah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan Senin (16/12/2024). Pelemahan ini menyusul rilis data perekonomian AS yang mulai menunjukkan pemulihan dan kekuatan.

Rupiah melemah tipis 0,03% menjadi Rp 15.995/US$ pada penutupan pasar Senin (16/12/2024), menurut data Refinitiv.

Pada siang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi ke level terendah Rp16.028/US$ dan terkuat di Rp15.980/US$. Penutupan kemarin merupakan yang terdalam sejak 7 Agustus 2024 dengan sebelumnya di level Rp/US$ 16.030.

Rupee terdepresiasi seiring menguatnya indeks dolar AS (DXY) dan kenaikan imbal hasil US Treasury (UST) tenor 10 tahun yang jatuh tempo 6 Desember 2024.

Menurut Hosiana Situmorang, Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), pelemahan rupiah juga terjadi karena pasar memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed rate cut).

Hosiana mencatat, penguatan dolar AS didorong oleh data indeks harga produsen (PPI) AS periode hingga November 2024 yang dirilis pekan lalu. Data ini menunjukkan angka yang jauh lebih tinggi dari ekspektasi pasar.

PPI AS naik 3% year-on-year (y-o-y) dari 2.6% pada Oktober 2024 dan di atas ekspektasi pasar sebesar 2.6%. Secara bulanan (monthly/MTM), indeks harga produsen juga naik 0,4%, di atas 0,3% di bulan Oktober dan perkiraan pasar sebesar 0,2%.

Ekonom Sucor Securitas Ahmed Mikail mengatakan inflasi produsen yang lebih tinggi dari perkiraan juga menyebabkan kenaikan imbal hasil UST 10-tahun yang pada akhirnya memberikan tekanan pada rupee.

Yield UST tenor 10 tahun naik dari 4,153% pada 6 Desember 2024 menjadi 4,399% pada 13 Desember 2024 atau meningkat sekitar 25 basis poin. Situasi ini membuat investor tertarik pada obligasi AS yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *