illini berita BSI: Memacu Industri Perbankan Syariah Untuk Ekonomi Berkelanjutan

PT Bank Syariah Indonesia (Persero) merupakan bank syariah terbesar untuk tata kelola perusahaan

Jakarta, ILLINI NEWS – Industri halal tetap menjadi fokus pemerintah dalam mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia. Meningkatnya keterbukaan keuangan berarti hubungan ekonomi antar negara semakin saling berhubungan sehingga bank syariah mampu melayani transaksi internasional.

Pertumbuhan perbankan syariah dalam negeri semakin pesat. Hal ini tercermin dari pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah hingga Juli 2024.

Berdasarkan informasi Badan Jasa Keuangan (OJK), pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia masih sebesar 7% dari industri perbankan nasional. Per Juli 2024, total neraca bank syariah sebesar Rp895,54 triliun dengan pertumbuhan aset sebesar 9,33% (year-on-year). Dengan demikian, bank syariah menguasai 7,32% pangsa pasar perbankan nasional.

Jadi saat ini jumlah Bank Umum Syariah sebanyak 14 bank, Unit Usaha Syariah sebanyak 19 bank, Bank Ekonomi Syariah sebanyak 173 bank.

Bank syariah dianggap sebagai faktor penting dalam pengembangan keuangan syariah. Peran penting bank syariah adalah memfasilitasi permodalan para pelaku industri produksi halal, menjangkau seluruh pelaku usaha dan melayani transaksi besar dan internasional.

Untuk memenuhi peran tersebut, salah satu bank syariah dengan basis nasabah terbesar di dunia, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus menunjukkan komitmennya terhadap pengembangan ekosistem halal di Indonesia. BSI terus mendorong kolaborasi lintas sektor untuk memperluas praktik keuangan syariah sebagai bagian dari strategi bisnis berkelanjutan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, BSI selalu berupaya meningkatkan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) sesuai dengan perkembangan hukum industri dan praktik terbaik. BSI meyakini penerapan GCG akan menciptakan keselarasan yang lebih baik antara tujuan bank dan pemangku kepentingan.

Situasi ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif sehingga BSI dapat mencapai tujuan bisnisnya secara berkelanjutan. Untuk itu penerapan GCG harus dilakukan secara sistematis dan terencana sesuai ketentuan yang berlaku, secara berkesinambungan dan melibatkan seluruh departemen bank.

Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, BSI menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi syariah Indonesia. Tanggung jawab besar tersebut diemban BSI dengan penuh rasa tanggung jawab, yang tercermin dari setiap pencapaian BSI sejak merger hingga saat ini. Segala pencapaian BSI tidak lepas dari tekad Direksi, Direksi, Dewan Pengawas Syariah dan seluruh pegawai BSI untuk menjaga sistem perbankan yang sehat dan mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan terkait.

Bagi BSI, prinsip-prinsip GCG, termasuk prinsip-prinsip Syariah, merupakan landasan yang mengikat dan mengatur seluruh aktivitas BSI di bank dan perusahaan publik, serta prinsip-prinsip yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh insan BSI dalam rangka mencapai tujuan Bank. sesuai. Misi dan visi BSI.

BSI berkomitmen untuk menerapkan GCG secara berkesinambungan di lingkungan perbankan. Pada tahun 2023, BSI bertujuan untuk meningkatkan penerapan GCG secara bertahap untuk menciptakan nilai berkelanjutan agar dapat terus memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan perbankan syariah di tingkat nasional dan internasional.

Sebagai bank syariah, landasan terpenting penerapan prinsip syariah dalam seluruh operasional BSI adalah Al-Qur’an dan hadis. BSI menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan syariah yang diatur dan berpedoman pada berbagai peraturan perundang-undangan Republik Indonesia yang mengatur BSI sebagai perseroan terbatas, bank umum syariah, dan/atau perusahaan publik.

BSI senantiasa berupaya menerapkan lima prinsip GCG perbankan umum syariah, yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran.

Di sisi lain, struktur tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance/GCG).

BSI menggunakan model Tiga Garis untuk membantu organisasi mengidentifikasi struktur dan proses efektif yang memungkinkan pencapaian tujuan dan mendukung tata kelola dan manajemen risiko.

Hasil keuangan semester I 2024

 BSI secara rutin mencatat pertumbuhan pendapatan dua digit. Pada Semester I-2024, laba bersih BSI sebesar Rp3,39 triliun, naik 20,28% year-on-year (yoy) Semester I-2024 dibandingkan tahun lalu sebesar Rp2,82 triliun. Hal ini memungkinkan perseroan mencapai pertumbuhan tertinggi di antara sepuluh bank teratas di Indonesia.

Perseroan berhasil menjaga kesehatan keuangan dan bisnis serta berkualitas pada triwulan II tahun 2024 di tengah kondisi makroekonomi yang sangat sulit ditandai dengan kenaikan suku bunga seiring naiknya BI rate menjadi 6,25 persen. di awal. pada triwulan II tahun 2024 untuk mendukung stabilitas nilai tukar.

Ade Cahyo Nugroho, Direktur Keuangan dan Strategi BSI mengungkapkan, segmen konsumen menjadi pendorong utama kinerja tersebut. Ia mengatakan, industri ini memiliki rendemen dan kualitas yang baik.

Secara khusus, segmen pelanggan yang dominan adalah segmen pelanggan berdasarkan gaji pelanggan atau sistem pembayaran atau payroll. Pada Agustus 2024, BSI mengelola sekitar 1,3 juta klien payroll. Cahyo menjelaskan, sekitar 15-16 persen nasabah berbayar mendapat pembiayaan dari BSI.

Segmen nasabah gaji atau bunga merupakan nasabah ideal bagi perbankan syariah.

Saat ini, bauran pendanaan terjangkau BSI sebesar 62,05%, sedangkan komposisi pendanaan sebesar 71,73% pada sektor ritel dan konsumer, termasuk ultra mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Di sisi lain, baik beban umum maupun kualitas kredit berada dalam kondisi yang baik.

BSI juga mencatatkan kenaikan dana ketiga (DPK) sebesar Rp 296,70 triliun atau meningkat 17,50%. Selain itu, harga sahamnya meningkat 16,09% menjadi Rp 128,78 triliun, dimana sekitar 39% atau Rp 49,96 triliun merupakan saham Wadiah yang tidak membagikan dividen untuk menjaga nilai mata uang.

Kemudian likuiditas BSI meningkat seiring bertambahnya nasabah yaitu pada Juni 2024 sebanyak 20,46 juta. Likuiditas yang kuat mendukung kemampuan penggalangan dana BSI yang juga berada di atas rata-rata industri perbankan nasional dengan tetap menjaga kualitas.

Per Juni 2024, investasi BSI sebesar Rp 257,39 triliun, meningkat 15,99% dari NPF (Non-Performing Investment) yang turun menjadi 1,99% (Dalam Negeri), jauh lebih baik dibandingkan Juni 2023 2,31%.

Hasil investasi ditopang oleh investasi pada sektor ritel dan konsumer termasuk UKM yang berjumlah Rp 184,61 triliun.

Perdagangan besar menyumbang 28,27 persen dan Rp 72,77 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ritel, konsumer, dan UMKM berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan investasi BSI, termasuk sektor produk agunan dan emas. Sejalan dengan strategi pertumbuhan, investasi emas BSI per Juni 2024 mencapai Rp8,97 triliun, meningkat 41,27% dengan NPF 0,07%.

Saat ini, investasi emas juga diminati generasi muda, karena dianggap sebagai tempat yang aman dan kemampuannya melindungi nilai properti dari inflasi. Investasi distribusi emas meningkat signifikan sebesar 100,10% menjadi Rp3,56 triliun, sedangkan nilai emas sebesar Rp5,41 triliun meningkat 18,38%.

Dari sisi kondisi ekonomi dan keuangan, kinerja perseroan pada kuartal II-2024 ditopang oleh pendapatan margin dan bagi hasil yang meningkat 11,44% menjadi Rp12,08 triliun, serta pendapatan fee-based yang meningkat 28,01% menjadi Rp2,48. triliun. Sebaliknya, rasio efisiensi (BOPO) menurun dari 70,87 persen menjadi 69,23 persen. Sedangkan pada rasio profitabilitas, ROE perseroan meningkat menjadi 17,88% dari 17,27% pada Juni 2023.

Selain indikator kinerja, pada Juni 2024 jumlah pengguna BSI Mobile meningkat 12,72% (ytd) menjadi 7,12 juta orang. Sejak itu, BSI Mobile mencatatkan total 247,32 juta transaksi senilai Rp 298,82 triliun.

BSI juga gencar mempromosikan platform perdagangan QRIS. Hingga Juni 2024, jumlah merchant QRIS yang bekerja sama dengan BSI sebanyak 358 ribu atau meningkat 30,84%. Agen BSI siap melayani kebutuhan nasabah akan tarik tunai, transfer bank dan pembayaran lainnya untuk menjangkau masyarakat yang tinggal di wilayah unbanked.

Hingga Juni 2024, jumlah agen BSI di seluruh Indonesia sebanyak 102 ribu dengan volume transaksi sebesar Rp 12,7 juta 26,89 triliun. Pertumbuhan agen BSI menunjukkan minat masyarakat terhadap transaksi syariah semakin meningkat sehingga berdampak positif terhadap terbukanya lapangan kerja baru melalui profesi agen BSI.

Survei ILLINI NEWS

[email protected] (melihat/melihat) Tonton video di bawah ini: Prabowo: Turun Penuh, Tak Ada Negosiasi!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *