Jakarta, ILLINI NEWS – Saat ini sebagian besar wilayah di Indonesia sedang memasuki musim hujan dan otomatis La Nina akan datang ke Indonesia.
Fenomena La Nina merupakan anomali iklim yang ditandai dengan suhu permukaan laut (SPL) yang lebih dingin dari normal di kawasan tropis Pasifik tengah dan timur.
Keadaan ini biasanya diikuti dengan perubahan pola sirkulasi Walker (sirkulasi atmosfer timur-barat yang terjadi di sekitar garis khatulistiwa, dimana atmosfer berada di atas dan dapat mempengaruhi pola iklim dan cuaca global).
Berdasarkan laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), La Nina dapat berulang setiap beberapa tahun sekali dan setiap kejadiannya dapat berlangsung selama beberapa bulan hingga dua tahun.
Sedangkan La Nina sendiri menyebabkan intensitas air hujan meningkat dan cuaca menjadi hujan. Dalam hal ini, hujan lebat hingga ekstrim bisa terjadi.
Saat memasuki musim hujan di Indonesia, daerah yang relatif rendah, terutama di pesisir pantai atau dekat sungai, biasanya rentan terhadap banjir karena intensitas hujan yang meningkat.
Banjir merupakan fenomena alam yang sering terjadi di Indonesia.
Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari tingginya intensitas curah hujan, rendahnya permukaan tanah hingga sungai yang tidak lancar karena tersumbatnya sampah.
Permasalahan banjir sudah ada sejak lama, namun hingga saat ini beberapa wilayah di Indonesia setiap tahunnya dilanda banjir sehingga menimbulkan kerugian harta benda bahkan nyawa.
Sayangnya, banjir di Indonesia kini sudah sering terjadi, tidak hanya terjadi di wilayah pesisir atau dataran rendah saja. Bahkan dataran tinggi pun semakin banyak terkena dampak banjir bandang.
Lalu daerah mana saja yang terkena banjir besar? Di bawah ini Anda akan menemukan daftarnya
1. Banjir Jambi (1955)
Menurut catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jambi pernah mengalami banjir terbesar sepanjang sejarah pada tahun 1931, 1955, 1967, 1991, 2003, 2006, 20007, 2010, 2013, 2014, dan 2015. Namun banjir terbesar terjadi di Jambi. sepanjang masa terjadi di Jambi pada akhir Januari-Februari 1955.
Situasi banjir terungkap di surat kabar Overijels Dagblad tanggal 11 Februari 1955 dan di Shamsu Bahroen, perwakilan Dewan Pengurus Batanghari di Sumatera Tengah.
Berdasarkan laporan Bahroen, hujan yang mulai turun pada 28 Januari 1955 selama sepuluh hari berturut-turut menyebabkan tinggi muka air Muara Tembesi mencapai 4 meter.
Dilaporkan pula sebanyak 80% rumah di Jambi terendam banjir, ribuan warga diungsikan ke tempat yang lebih tinggi, 42.000 hektar sawah dan sawah hampir matang rusak, serta 6.000 sawah yang masih tersisa sedikit berasnya rusak parah. rusak. .
2. Banjir Bahorok (2003)
Peristiwa banjir terbesar di Indonesia terjadi pada hari Minggu, 2 November 2003, di kawasan ekowisata Bukit Lawang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Banjir akibat meluapnya air di Sungai Bohorok menewaskan 157 orang, termasuk enam wisatawan asing, dan 82 lainnya dilaporkan hilang.
Dalam bencana ini, sebagian masyarakat menganggap bencana alam sebagai sebuah kutukan karena menyalahgunakan fungsi kawasan wisata yang telah menjadi “dunia kegelapan”.
Namun penyebab utama terjadinya bencana alam adalah memburuknya kondisi di daerah hulu akibat maraknya penebangan hutan secara liar sehingga menghambat penyerapan air hujan ke dalam tanah.
3. Banjir Jakarta (2007 dan 2009)
DKI Jakarta dinilai menjadi kota yang rawan banjir setiap tahunnya, terutama di awal tahun. Namun, banjir Jakarta tahun 2007 bisa jadi merupakan salah satu banjir terbesar di Indonesia.
Pada malam tanggal 1 Februari 2007, banjir terjadi di Jakarta dan sekitarnya setelah hujan deras yang berlangsung dari siang hingga keesokan harinya.
Selain curah hujan yang tinggi, banjir juga disebabkan oleh buruknya sistem drainase sehingga menyebabkan jumlah air di 13 sungai yang melintasi Sukabumi meluap, membanjiri hampir 60% wilayah DKI-Jakarta yang tingginya hampir 5 meter.
Peristiwa banjir ini menimbulkan lebih banyak korban jiwa dibandingkan bencana serupa pada tahun 2002 dan 1996.
Menurut sumber, sebanyak 80 orang dinyatakan meninggal dalam 10 hari karena tersengat arus listrik, sengatan listrik, dan penyakit.
Akibat kejadian tersebut, siklus perekonomian di Jakarta terhenti dan kerugian mencapai Rp 4,3 triliun. Hingga 7 Februari 2007, sebanyak 320.000 warga Jakarta mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
Jakarta juga kembali dilanda banjir bandang pada tahun 2009, khususnya di kawasan Kelapa Gading di utara Jakarta. Tak hanya di jalan utama, banjir juga menggenangi kawasan elite.Ba
4. Banjir Wasior, Papua Barat (2010)
Pada tanggal 4 Oktober 2010, terjadi banjir bandang di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat. Banjir ini terjadi akibat hujan yang tiada henti sejak Sabtu 2 Oktober 2010 hingga Minggu 3 Oktober.
Keadaan diperparah dengan rusaknya hutan di Wasior yang menyebabkan Sungai Batang Salai yang berasal dari Pegunungan Wondiwoy meluap. Dampaknya, sejumlah infrastruktur di Wasior hancur, antara lain bandara, rumah warga, rumah sakit, jembatan, dan beberapa gereja.
Selain itu, banjir dahsyat ini juga mengganggu jalur komunikasi dan jaringan listrik di Wasior. Berdasarkan pemberitaan media saat itu, banjir bandang di Wasior menewaskan 158 orang dan 145 orang dilaporkan hilang.
5. Banjir Tangse, Aceh (2011)
Peristiwa banjir terbesar di Indonesia juga dialami oleh masyarakat Aceh, khususnya di Tangse, Pidie.
Banjir bandang ini terjadi pada 10 Maret 2011 akibat hujan terus menerus selama empat hari.
Keadaan tersebut diperparah dengan adanya pembalakan liar di kawasan hutan Tangse. Kedua kombinasi tersebut menyebabkan banjir bandang yang tidak kunjung surut dan menyebabkan hancurnya beberapa rumah warga serta rusaknya jembatan antar desa.
Kerusakan infrastruktur di kawasan tersebut disebabkan oleh banjir dan batang pohon besar.
Menurut otoritas penanggulangan bencana saat itu, kejadian ini menyebabkan 24 orang meninggal dunia dan hancurnya 102 rumah warga sehingga mengakibatkan kerusakan berat dan ringan.
RISET ILLINI NEWS
[dilindungi email] (chd/chd)