JAKARTA, ILLINI NEWS – Dolar Amerika Serikat (AS) masih tergolong kuat pada perdagangan Jumat (6/12/2024), meski masih tertinggal pada pertengahan November saat dolar AS mencapai rekor tertinggi tahun lalu. .
Menurut Refinitiv, Indeks Dolar AS (DXY) ditutup pada level 1.066, naik 0,33% dari posisi perdagangan hari sebelumnya. Pekan lalu, indeks dolar AS terdepresiasi sebesar 0,3%.
Ada beberapa faktor yang membuat dolar AS menguat. Pertama, masih terkait dengan kemenangan Trump pada pemilu AS 2024, dapat dipahami bahwa Trump berulang kali mengatakan ingin menciptakan dolar yang kuat, dolar AS yang kuat.
Kedua terkait sikap bank sentral AS (Federal Reserve/Fed) yang kembali menegaskan akan berhati-hati dalam menurunkan suku bunga acuan, meski potensi penurunannya masih cukup besar.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan perekonomian AS saat ini lebih kuat dari perkiraan bank sentral pada September lalu ketika mulai menurunkan suku bunga. Dia juga mengindikasikan bahwa dia memilih pendekatan yang lebih hati-hati terhadap penurunan suku bunga di masa depan.
“Perekonomian AS berada dalam kondisi yang sangat baik dan tidak ada alasan untuk tidak melanjutkannya.” “Tampaknya risiko penurunan di pasar tenaga kerja lebih kecil, pertumbuhan jelas lebih kuat dari yang kita perkirakan, dan inflasi sedikit lebih tinggi,” kata Powell di New York. Waktu Acara.
Powell juga menjelaskan bahwa penurunan suku bunga sebesar setengah poin pada September lalu dimaksudkan untuk memberikan sinyal kuat bahwa The Fed akan mendukung pasar tenaga kerja jika terus melemah. Namun, data yang direvisi pada bulan-bulan berikutnya menunjukkan bahwa perekonomian lebih kuat dari perkiraan semula.
Meski beberapa pejabat The Fed sebelumnya mengindikasikan masih mempertimbangkan penurunan suku bunga, mereka tetap mencermati kondisi perekonomian AS.
Presiden Fed Louis Alberto Musallem dan Presiden Fed Richmond Thomas Barkin menyatakan masih menunggu data sebelum memutuskan untuk kembali menurunkan suku bunga.
Secara umum, nilai tukar suatu negara mencerminkan kekuatan perekonomian negara tersebut. Oleh karena itu, nilai mata uang di setiap negara berbeda-beda.
Ada negara dengan tingkat konversi mata uang tinggi dan rendah. Di antara mata uang yang lebih lemah adalah Rial Iran, Dong Vietnam, dan bahkan Rupee.
Berikut 10 mata uang terendah di dunia.
Di antara dolar AS yang masih tergolong kuat, beberapa mata uang tersebut justru berhasil menguat meski penguatannya masih kecil.
Nilai terbaik pada Jumat lalu adalah Shilling Uganda, naik tipis 0,08%. Sementara itu, rupee juga menguat tipis sebesar 0,06%. Sedangkan som Uzbekistan menjadi yang terburuk kemarin dengan melemah 0,29%.
Survei ILLINI NEWS
[dilindungi email] (chd/chd)