JAKARTA, ILLINI NEWS – Anak usaha Adaro Energy yang bergerak di sektor batubara, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) akan segera mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (EIB) besok, Kamis (12/05/2024).
IPO AADI telah selesai penjatahannya dan hari ini Rabu (12/4/2024) menjadi hari pembagian saham.
Ada beberapa hal yang menarik dari IPO AADI, IPO AADI diasumsikan mengalami oversubscribed atau undersubscribed, karena banyak investor ritel yang hanya mendapat bagian kecil, ada pula yang tidak mendapat bagian sama sekali.
Berdasarkan pantauan aliran Stockbeat, investor ritel yang membeli IPO AADI di bawah Rp 100 juta hanya mendapat kuota 3 hingga 4 lot saham IPO AADI.
Berdasarkan data pasar yang diperoleh ILLINI NEWS, alokasi AADI diketahui sangat rendah.
Diketahui, minat investor terhadap IPO AADI cukup besar, tercermin dari IPO PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) pada 3 Januari 2022 yang harga IPO-nya Rp 100 per saham. Pada hari pertama pencatatan, saham ADMR dipindahkan ARA hingga dilanjutkan dengan ARA selama 8 hari berturut-turut.
IPO AADI membawa ketertarikan tersendiri bagi investor. Mengutip prospektus, AADI telah mencatatkan 778.689.200 saham biasa melalui acara korporasi IPO yang seluruhnya merupakan saham baru dan dikeluarkan dari portepel perseroan dengan nilai nominal Rp3.125 per saham yang mewakili 10% dari modal ditempatkan. dan modal disetor setelah penawaran umum saham perdana.
Sedangkan sahamnya akan ditawarkan ke publik dengan harga penawaran Rp 5.550 per saham. Dengan demikian, organisasi akan mendapat sumber daya baru sebesar Rp4,32 triliun
Sebagai informasi, AAI merupakan perusahaan induk yang anak perusahaannya bergerak dalam bisnis pertambangan batubara termal, logistik, pengelolaan aset lahan (Adaro Land), pengelolaan air (Adaro Water) dan investasi (Adaro Capital), ketenagalistrikan, jasa konsultasi, sektor pertambangan. dan informasi antara lain.
Wilayah operasional grup perusahaan meliputi Jakarta, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan Utara.
Jika melihat kinerja profitabilitas perseroan secara historis, puncaknya dicapai pada tahun 2022. Hal ini wajar karena saat itu sedang terjadi booming komoditas yang juga menyebabkan harga batubara acuan ICE Newcastle naik di atas US$ 400 per ton.
Hingga saat ini, harga batu bara berangsur-angsur turun lebih dari 70% dari harga tertinggi sepanjang masa (ATH), namun AADI masih bisa membukukan keuntungan.
//
Dari data di atas terlihat bahwa pada semester yang berakhir pada 30 Juni 2024, AADI mencatatkan pendapatan sebesar $2,65 juta, turun 18% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai $3,25 juta. .
Penurunan ini terutama disebabkan oleh rata-rata harga jual batubara yang mengalami penurunan sebesar 23%, meskipun volume penjualan batubara meningkat sebesar 5% dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Group of Companies (ADRO) menyumbang sekitar 96% terhadap total pendapatan bisnis penjualan batubara.
Sedangkan laba periode berjalan semester yang berakhir 30 Juni 2024 tercatat sebesar $922,76 ribu, lebih tinggi 15% dibandingkan laba periode yang sama tahun sebelumnya yakni $804,76 ribu.
Penurunan beban usaha sebesar 25% terutama disebabkan oleh penurunan beban penjualan dan pemasaran yang turun sebesar 40%, dari US$53.515 ribu menjadi US$32.096 ribu.
Menariknya, valuasi AADI masih cukup murah dengan kapitalisasi sekitar Rp 43 miliar sehingga memiliki price/earning rasio (PER) 2,5 kali dan price/book value (PBV) 1,1 kali. Hal ini menunjukkan harga saham yang akan dialokasikan relatif murah karena sebagian besar perusahaan IPO dinilai dengan valuasi yang mahal yakni di atas 15% PER.
Sebagai informasi, sebelum AADI melakukan IPO, grup usaha atau induk usahanya, ADRO, telah menyelesaikan kepemilikan saham atau pemisahan usaha untuk memfokuskan bisnisnya pada pengembangan berbagai proyek energi terbarukan. Oleh karena itu, pemegang saham ADRO mempunyai hak untuk menebus AADi Saham setelah IPO.
Langkah tersebut akan dilakukan sehari setelah tanggal IPO perseroan karena ADRO berencana melakukan penawaran umum kepada pemegang saham pengendali AADI (PUPS).
Berbicara mengenai profitabilitas, AADI sangat bergantung pada kemampuannya untuk memenuhi permintaan pelanggan serta mengekstraksi dan mengolah cadangan batubara dengan karakteristik biaya yang efisien. Sebab, bisnis penjualan batu bara menyumbang lebih dari 90% pendapatan.
Per Juni 2024, secara rinci, penjualan batu bara menyumbang 96% terhadap pendapatan, sisanya 3,4% dari logistik dan 0,5% dari bisnis lainnya.
Berdasarkan Laporan Cadangan dan Sumber Daya JORC PT Quantus Consultants Indonesia (QCI), anak perusahaan konsesi AADI yaitu AI, LSA, PCS, SCM dan MIP memperkirakan cadangan batubara per 30 Juni 2024 sebesar 917,4 juta ton dengan sumber energi . mencapai 4,1 miliar ton. Pada periode yang sama, AADI memproduksi 32,74 juta ton batubara termal.
Di sisi lain, potensi bisnis AADI juga erat kaitannya dengan kemampuannya dalam menyelesaikan dan mengoperasikan proyek-proyek yang sedang dibangun atau direncanakan. Misalnya, grup ini memegang 83,99% saham di KPI sebagai bagian dari strategi diversifikasi dan pertumbuhannya. Pembangkit KPI masih dalam tahap pembangunan dan diharapkan mulai beroperasi pada kuartal keempat tahun 2025 atau kuartal pertama tahun 2026.
Survei ILLINI NEWS
[dilindungi email] (saw)