Pasar keuangan Indonesia ditutup di zona merah, baik IHSG maupun rupiah sama-sama melemah, indeks Nasdaq anjlok lebih dari 1% karena kebijakan kabinet AS dan Prabowo untuk menggairahkan pasar hari ini.
JAKARTA, ILLINI NEWS – Pasar keuangan Indonesia sedang lesu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah ketat ditutup pada kisaran terlemahnya.
Pasar kini cenderung wait and see menunggu kebijakan pemerintahan baru, dimana para Menteri Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran dijadwalkan bertemu hari ini di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah.
Namun, masih ada perasaan di dalam dan luar negeri. Informasi lebih lanjut mengenai opini dan perkiraan pasar hari ini dapat dibaca di halaman 3 artikel ini. Dan investor juga dapat mengecek agenda dan jadwal panggilan data dalam dan luar negeri hari ini di halaman 4.
Setelah delapan hari berturut-turut menguat, IHSG akhirnya mencatatkan pelemahan. IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (23/10/2024), IHSG ditutup melemah 0,02% di 7.787,56.
Nilai transaksi atau omzet IHSG tercatat sebesar Rp 14,81 triliun. Dari 34 miliar saham yang diperdagangkan, terdapat 243 saham naik, 323 saham turun, dan 228 saham stagnan.
Tujuh sektor perdagangan masih berakhir di zona merah, dengan sektor real estate mengalami tekanan cukup dalam sebesar 2,08%, disusul sektor utilitas minus 1,21%, dan sektor energi melemah 1,07%. Selain itu, sektor bahan baku turun 0,55%, sektor distribusi konsumen turun 0,51%, sektor teknologi turun 0,25%, dan sektor jasa kesehatan turun tipis 0,18%.
Di sisi lain, tiga sektor berhasil mencatatkan pertumbuhan, yaitu sektor industri yang tumbuh paling tinggi sebesar 1,21%, disusul sektor konsumen non-siklikal yang melemah 0,86%, dan sektor keuangan yang menguat tipis 0,36%.
Sementara itu, secara proporsional, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Bobot utama IHSG hari ini adalah 8,02 poin indeks dan perusahaan pemasok energi, PT Dian Swaistika Sentosa Tbk, sebesar 5,81 poin, serta reporter perbankan, Pt Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dengan bobot 4,34. skor indeks.
Selain itu, IHSG ditutup di zona merah terbebani oleh sentimen perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan Dana Moneter Internasional (IMF) hanya 5,0% untuk tahun ini dan 5,1% untuk tahun depan.
Bahkan (Dana Moneter Internasional/IMF) mempertahankan perkiraan perekonomian Indonesia sebesar 5,1% hingga tahun 2029.
Pelemahan IHSG juga sejalan dengan ketidakpastian perekonomian global yang masih berlangsung, meskipun IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan tetap sebesar 3,2% pada tahun 2024 dan 2025, dengan inflasi global diperkirakan mencapai 3,5% pada akhir tahun 2025.
Beralih ke rupiah, rupiah ditutup menguat 0,39% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di Rp 15.615/US$1 pada perdagangan Rabu (23/10/2024), seperti dilansir Refinitiv. Pelemahan ini tercatat selama tiga hari berturut-turut.
Pelemahan rupee terhadap dolar AS menyebabkan rebound imbal hasil US Treasury 10-tahun pada indeks dolar AS. Indeks dolar AS naik menjadi 104,53, dan imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik menjadi 4,24%.
Hal ini mendorong aliran uang asing yang mungkin kembali ke AS karena peningkatan return tersebut sangat menarik bagi investor.
Kenaikan indeks dolar AS dan imbal hasil Treasury AS dapat berdampak negatif terhadap rupee, dan kenaikan indeks dolar AS menandakan bahwa dolar AS diincar pasar untuk mengalami pelemahan mata uang lainnya, termasuk rupee. . .
Sementara dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menguat pada perdagangan Rabu (23/10/2024), melemah 0,01% dibandingkan level perdagangan sebelumnya di 6.666. Lemahnya imbal hasil obligasi mengindikasikan pelaku pasar kembali menimbun Surat Berharga Negara (SBN). Di sisi lain, kuatnya imbal hasil obligasi mengindikasikan pelaku pasar melakukan dumping Surat Berharga Negara (SBN).