illini news Manufaktur Asia Lesu, Harga Batu Bara Dunia Layu

JAKARTA, ILLINI NEWS – Harga batu bara global melemah menyusul dirilisnya data aktivitas produksi beberapa negara Asia yang merupakan konsumen batu bara terbesar dunia.

Pada Selasa (12/3/2024), menurut data Barchart, harga batu bara dunia berada di level $135,1 per barel. Ton, turun 0,63% dari posisi kemarin.

Berdasarkan S&P Global November 2024, total PMI manufaktur ASEAN sebesar 50,8, atau sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 50,5. Namun negara-negara ASEAN dengan konsumsi batubara tinggi masih mengalami penurunan.

Indeks manufaktur PMI Malaysia, Indonesia, dan Burma pada November 2024 masing-masing sebesar 49,2, 49,6, dan 49,8.

Mitra dagang batubara Indonesia, PMI manufaktur Tiongkok tampaknya meningkat menjadi 51,5 dari 50,3.

Peningkatan ini juga merupakan kenaikan aktivitas pabrik tercepat sejak bulan Juni, didorong oleh peningkatan pesanan luar negeri terkuat sejak Februari 2023 dan pembaruan ekspor. Selain itu, pertumbuhan output mencapai level tertinggi dalam lima bulan.

Ketika perusahaan membangun cadangan keamanan, tingkat pembelian dan tingkat persediaan meningkat. Namun, meskipun terjadi penurunan yang moderat, jumlah pekerja turun pada bulan ketiga dan jumlah pekerjaan pada bulan kedua. Waktu pengiriman akan ditetapkan setelah lima bulan terakhir.

Dari sisi harga, harga input naik ke level tertinggi dalam lima bulan terakhir karena kenaikan biaya bahan baku. Pada saat yang sama, harga jual mencatatkan lonjakan terbesar sejak Oktober 2023. Terakhir, kepercayaan dunia usaha mencapai tingkat tertinggi dalam delapan bulan terakhir, didorong oleh kondisi perekonomian yang baik dan kebijakan pemerintah yang mendukung.

Kenaikan PMI manufaktur Tiongkok merupakan hal positif bagi mitra dagang Indonesia, karena kami memperkirakan peningkatan permintaan dan peningkatan nilai serta volume ekspor Indonesia ke Tiongkok seiring dengan membaiknya aktivitas manufaktur di Tiongkok.

Hal ini tercermin dari PMI manufaktur Indonesia yang sedikit membaik menjadi 49,6 dari 49,2 pada November 2024. Meski mulai membaik, PMI manufaktur Indonesia berada pada jalur kontraksi selama lima bulan berturut-turut, atau lima tahun berturut-turut, mulai Juli 2024.

Sebagai referensi Anda, PMI manufaktur menggambarkan aktivitas industri di suatu negara. Jika aktivitas manufaktur tetap kuat, ini mungkin pertanda permintaan masih tinggi, sehingga perekonomian sedang cerah.

Data PMI digunakan untuk memahami arah perekonomian dan pasar serta untuk mengidentifikasi peluang di masa depan. Oleh karena itu, negara-negara dengan PMI manufaktur di atas 50 dianggap memiliki kinerja industri/manufaktur yang baik. 

Sedangkan jika nilai PMI manufaktur di bawah 50, maka aktivitas manufaktur tersebut kurang baik atau masuk kategori kontraksi.

Jika produksi berjalan dalam skala besar, maka kebutuhan listrik akan meningkat. Sedangkan listrik di Asia sebagian besar berasal dari batu bara sehingga bisa memanfaatkan harga global.

RISET ILLINI NEWS (Kompetisi/Kompetisi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *