illini berita Menunggu Kado Santa Claus Rally, Check Saham Valuasi Murah Ini!

Jakarta, ILLINI NEWS – Fenomena berkumpulnya Santa menjadi saat yang menarik untuk mengambil keuntungan menjelang akhir tahun.

Fenomena Santa Clause pertama kali dicetuskan oleh Yale Hirsch dalam Stock Trader’s Almanac pada tahun 1968.

Tahun demi tahun, fenomena ini menjadi sesuatu yang mendorong investor. Hal ini tentu memberikan peluang bagi investor untuk mendapatkan keuntungan sebelum akhir tahun.

Biasanya lonjakan harga saham saat fenomena Santa terjadi pada minggu terakhir bulan Desember hingga awal Januari.

Jika melihat data historis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 10 tahun terakhir, momentum berkumpulnya Santa Claus yang juga bertepatan dengan window membuat peluang IHSG berakhir hijau sangat dominan, probabilitasnya mencapai 90. %.

Ada sejumlah teori mengapa reli Santa bisa terjadi, mulai dari alasan pajak hingga investor yang membeli saham dengan bonus liburan.

Pertumbuhan pasar saham pada akhir tahun biasanya disebabkan oleh optimisme yang optimis, yaitu kondisi pasar yang ditunjukkan oleh kepercayaan investor dan ekspektasi yang tinggi terhadap hasil yang maksimal dalam jangka waktu tertentu.

Selain itu, ada investor yang memutuskan untuk bertemu dan bersenang-senang bersama keluarga atau investor kecil yang menginvestasikan bonus liburannya.

Ada juga tren kalender yang lebih umum yang disebut “efek liburan” atau “efek akhir pekan panjang”, yang mana pasar saham berteori berkinerja lebih baik daripada rata-rata sebelum periode liburan. Hal ini bisa terjadi karena volume perdagangan yang lebih rendah pada periode tersebut memudahkan investor bullish untuk menggerakkan pasar.

Berkumpulnya Sinterklas dipercaya menjadi pertanda baik di tahun mendatang.

Jika menilik lebih jauh saham IHSG pada reli Santa tahun ini, menariknya masih banyak saham-saham berkapitalisasi besar yang valuasinya mendekati nilai wajar, meski didiskon.

ILLINI NEWS Research mengumpulkan 20 saham berkapitalisasi besar dengan fundamental yang dinilai cukup tangguh, dengan valuasi yang mulai menurun sehingga potensi kenaikannya masih menarik.

Berikut rinciannya:

Dari data di atas terlihat jika menggunakan valuasi relative price to earnings (PE) dibandingkan rata-rata PE lima tahun, maka 20 saham tersebut saat ini sudah underpriced.

Sedangkan jika menggunakan price to book value (PBV) dibandingkan rata-rata lima tahun, masih ada empat saham yang berada di atas nilai wajar, yaitu PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

RISET ILLINI NEWS

(tsn/tsn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *