illini berita Adaro (ADRO) Mau Ganti Nama, Minta Restu Pemegang Saham

Jakarta, ILLINI NEWS – PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) akan meminta persetujuan pemegang saham atas perubahan nama tersebut melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPSLB).

Berdasarkan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), permintaan bantuan kepada pemegang saham akan dikirimkan secara elektronik dan fisik, dan akan dilakukan pada Senin, 18 November 2024.

Perubahan nama perusahaan yang tercantum pada angka 2 memerlukan pertemuan fisik dan elektronik. Rapat secara elektronik diselenggarakan dengan menggunakan fasilitas Electronic General Meeting System KSEI (EASY.KSEI) yang disediakan oleh PT Kustodian Sentral Efec Indonesia (KSEI).

“Perjanjian perubahan nama perseroan dan perubahan bagian 1 ayat (1) anggaran perseroan,” tulis direktur pada Senin, 28 Oktober 2024.

Saat itu, berdasarkan rencana awal, ADRO meminta persetujuan untuk menggunakan sebagian sisa keuntungan perusahaan untuk dibagikan sebagai pembayaran akhir.

Ia menulis, “Perseroan bermaksud meminta kepada para pemegang saham Perseroan untuk mengizinkan penggunaan sebagian laba ditahan Perseroan sampai dengan tanggal 31 Desember 2023, sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan konsolidasi yang telah diaudit oleh kantor akuntan.

Perseroan tidak mengirimkan undangan khusus kepada para pemegang sahamnya dan pemanggilan ini dianggap sebagai undangan rapat resmi seluruh pemegang saham perseroan.

Ia melepaskan bisnis batu bara termal dengan mengatakan, “Karena kapasitas ruangan yang terbatas, perusahaan hanya dapat memiliki 50 pemegang saham. Perusahaan juga tidak menyediakan suvenir, makanan, dan minuman.”

Sebelumnya, ADRO berencana melakukan transaksi pembelian seluruh saham milik perseroan di PT Adaro Andalan Indonesia (AAI) yang dulu bernama PT Alam Tri Abadi. AAI merupakan anak perusahaan ADRO dengan kepemilikan saham sebesar 99,99%.

Harga transaksi pembelian saham AAI sudah memperhitungkan hasil penilaian saham penilai independen sekitar US$2,45 miliar atau Rp37,6 triliun. Estimasi ini setara dengan 31,8% total ekuitas Adaro.

Mengutip informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan berencana memisahkan bisnis pilar pertambangan dan beberapa anak perusahaan di bawah AAI dari pilar bisnis Adaro Minerals dan Adaro Green. Itu akan selesai. Sektor-sektor industri sangat saling berhubungan.

“Langkah tersebut juga dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas AAI dengan pilar bisnis karbon non-termal karena masing-masing perusahaan dapat fokus mengembangkan keunggulan intinya,” kata direktur tersebut, Kamis (12/9).

Rencana transaksi perseroan akan membantu AAI dan pilar bisnis batubara non-termal untuk meningkatkan fokus pertumbuhan dan kinerja.

“Pembagian ini akan memungkinkan pelaku usaha ramah lingkungan untuk mengakses sumber pendanaan tambahan, harga yang kompetitif, akses yang lebih baik terhadap program lingkungan hidup dan mitra usaha hulu, dan masih banyak peluang lainnya bagi investor masyarakat untuk berinvestasi sesuai kebutuhannya dalam memberikan pilihan dan ide investasi,” jelasnya. .

Untuk lebih jelasnya, perseroan memiliki saham di beberapa perusahaan pertambangan batubara termal, seperti PT Adaro Indonesia, PT Paramitha Cipta Sarana, PT Semesta Centramas, PT Laskar Semesta Alam, dan PT Mustika Indah Permai yang memproduksi batubara termal dengan polusi sedang dan rendah.

Selain itu, perseroan melalui AAI memegang saham di dua perusahaan pertambangan batubara termal yang sedang dikembangkan, yakni PT Pari Coal dan PT Ratah Coal.

(FSD/FSD) Simak videonya di bawah ini: Video: Tak Tahu, IHSG Hadapi Sejak 4 Hari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *