JAKARTA, ILLINI NEWS – Penjualan kendaraan listrik atau EV sedang meningkat di kawasan Asia Tenggara. Fenomena ini juga menjadi potensi ekonomi yang besar bagi negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.
Hendry Pratama, Head of Hyundai Motor Asia Pacific Business Unit, angkat bicara mengenai besarnya permintaan kendaraan listrik di kawasan. Hal itu diungkapkannya dalam diskusi “Kerja Sama Hijau Indonesia-Korea Selatan: Cara Strategis dalam Industri Kendaraan Listrik” yang digelar FPCI dan Korea Foundation di Jakarta Selatan, dikutip Jumat (10/11/2024).
Hendry mengatakan: “Jika melihat pasar Asia, masing-masing memiliki ciri khasnya masing-masing. Namun jika melihat dari sisi volume permintaan, Thailand masih nomor satu di ASEAN.”
Hendry mengatakan Thailand bisa mendominasi pasar ASEAN karena memiliki keunggulan kompetitif dimana banyak perusahaan Jepang yang sudah lama mendirikan pabrik mobil di negara tersebut. Bedanya, kini mereka membuat mobil listrik.
“Setelah Thailand, Indonesia berada di urutan kedua, disusul Vietnam yang didukung oleh VinFast, merek mobil produksi perusahaan terbesar Vietnam,” ujarnya.
“Pada saat yang sama, Singapura memiliki penetrasi yang tinggi tetapi permintaannya rendah,” ujarnya.
Saat ditanya soal “pemain” EV di ASEAN, Hendry menjawab mereka beragam.
“Nah, kalau ditanya siapa saja pemain di masing-masing pasar, tentu berbeda. Seperti Indonesia dan Thailand, itu benar-benar perusahaan China, berbeda dengan Vietnam yang lebih banyak pemain lokalnya.”
Sementara secara global, Hendry menyebut China dan Amerika Serikat (AS) masih memimpin. Dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini merupakan pemain dalam industri mobil listrik dan telah mengadopsi mobil listrik lebih awal dibandingkan negara lain.
Jadi kalau global tentu China dan AS karena mereka yang lebih dulu punya mobil listrik, ujarnya.
Hyundai, produsen mobil asal Korea Selatan, sudah memiliki pabrik mobil di Indonesia. Juli lalu, PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) resmi meluncurkan Kendaraan Listrik Hyundai All New KONA di Sikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Sebagai informasi, nilai investasi pabrik Hyundai di Indonesia pada tahun 2030 sebesar 1,55 miliar dolar atau sekitar Rp 25,06 triliun. Penjabat Bupati Kabupaten Bekasi Dani Ramdan mengatakan investasi ini dapat bermanfaat bagi Indonesia, khususnya Kabupaten Bekasi, karena akan meningkatkan eksploitasi. tenaga kerja lokal.
Seiring dengan investasi Hyundai di Indonesia melalui pabrik Sikarang, Dani juga menegaskan Pemerintah Kabupaten Bekasi akan memperluas jaringan stasiun pengisian daya di wilayahnya. Dengan begitu, masyarakat tidak perlu berkendara jarak jauh hanya untuk mengisi daya mobil listriknya.
(sef/sef) Tonton video di bawah ini: Video: Arsjad jelaskan cara memperluas perdagangan dan investasi ASEAN Artikel selanjutnya Kerusuhan mobil listrik di Korea Selatan Kebakaran besar yang sulit dipadamkan