JAKARTA, ILLINI NEWS – Kebocoran data kembali terjadi pada Sistem Identifikasi Sidik Jari Otomatis (INAFIS) Indonesia. Berdasarkan video dari akun Instagram MrBert, bocoran tersebut bisa digunakan untuk memblokir rekening bank seseorang.
Dalam video tersebut MrBert memperlihatkan tangkapan layar halaman SOCRadar yang memperlihatkan halaman BreachForum terkait kebocoran data INFIS beberapa waktu lalu.
Ini menunjukkan tangkapan layar lain dari SOCRadar yang menunjukkan halaman Breachforum lainnya. Postingan ini menampilkan data penjualan eKTP Indonesia yang salah satunya memuat nama ibu kandung.
“Dijual 19-10, dijual dengan detail NIK KTP di samping nama ibu. Nama ibu bisa dikenal 200 juta orang di Indonesia,” kata MrBert dalam video tersebut.
Menurut dia, data tersebut bisa digunakan untuk menonaktifkan rekening bank seseorang. Ia kemudian mencontohkan dengan memperlihatkan video bank menelepon nomor yang disebut sebagai layanan pelanggan.
“Saya bisa menipu bank dengan data ini.” Haruskah saya meretasnya? “Aku tidak membutuhkannya,” katanya.
Alphonse Tanujaya, pengamat keamanan siber dari Akuncom, buka suara terkait kasus ini.
Menurutnya, kebocoran data adalah hal yang nyata. Namun mendapatkan rekening bank tidaklah mudah.
“Hanya karena data INAFIS bocor bukan berarti rekening bank Anda bisa diambil alih,” kata Alphonse dalam keterangannya.
Data ini bocor dan sungguh mengkhawatirkan karena memuat data demografi dan nama ibu kandung yang dapat digunakan untuk menyamar sebagai pemegang rekening bank.
Namun data tersebut tidak cukup untuk membuka rekening bank. Karena harus ada username, password dan OTP.
“Tetapi risiko tinggi (nama ibu kandung) adalah bank mempercayainya dan menutup rekeningnya, sehingga tidak ada risiko rekening diambil alih, uang dicuri atau dialihkan, yang hanya terjadi jika kredensial ponsel Anda diambil. dan mengambil OTP Anda, yang mengarah ke penarikan dana,” jelas Alphonse. (fab/fab) Simak videonya di bawah ini: Video: Pelajari Penyebab Kebocoran Data dan Upaya Pencegahannya! Artikel berikutnya 2,7 miliar data netizen bocor secara online, dijual Rp 55,4 miliar