illini news Parah! 700 Juta Kubik Air di RI Terbuang Sia-sia, Dosa Siapa?

JAKARTA, ILLINI NEWS – Kebocoran air bersih masih menjadi tantangan di Indonesia, meski sektor air bersih mengalami peningkatan produksi yang signifikan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kebocoran air murni akan mencapai 708 juta meter kubik pada tahun 2023 atau menyumbang 12,87% dari volume produksi air murni nasional. Meskipun angka ini menunjukkan penurunan sebesar 7,18% dibandingkan tahun sebelumnya, namun dampaknya terhadap efisiensi distribusi dan keberlanjutan sumber daya air masih memprihatinkan.

Fenomena tersebut terjadi terhadap basis produksi air bersih yang meningkat sebesar 4,44% pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 5,501 juta meter kubik.

Dari total produksi tersebut, sebanyak 4.793 juta meter kubik berhasil didistribusikan ke pelanggan, meningkat 6,40% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun tingginya angka kebocoran menunjukkan adanya permasalahan struktural pada sistem distribusi air minum di berbagai daerah.

Jika ditilik lebih dalam, salah satu penyebab utama terjadinya kebocoran adalah kondisi infrastruktur yang sudah ketinggalan jaman atau kurang terawat. Beberapa jaringan distribusi air minum di Indonesia telah beroperasi selama puluhan tahun. Belum cukup pembaharuan.

Hal ini diperparah dengan tekanan air yang berlebihan yang seringkali menyebabkan keretakan pada pipa. Misalnya, daerah dengan tingkat kebocoran yang tinggi seperti Papua mencatat efisiensi distribusi hanya sebesar 47,76% pada tahun 2023, di bawah rata-rata nasional sebesar 81,21%.

Namun tidak semua provinsi mengalami permasalahan yang sama. Misalnya, DKI Jakarta berhasil mempertahankan efisiensi penjualan sebesar 96,48%. Keberhasilan ini disebabkan oleh investasi yang cukup dalam perbaikan infrastruktur dan penggunaan teknologi tepat guna untuk mendeteksi kebocoran.

Di sisi lain, provinsi-provinsi dengan infrastruktur terbatas atau wilayah distribusi yang luas cenderung menghadapi tantangan yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.

Di sisi lain, faktor pencatatan juga turut mempengaruhi kebocoran informasi. Ketidakakuratan pencatatan jumlah air yang diproduksi dan didistribusikan dapat memberikan gambaran yang salah mengenai efisiensi distribusi. Oleh karena itu, penerapan sistem pencatatan digital dan integrasi data merupakan solusi penting yang harus diadopsi secara luas oleh perusahaan penyedia air.

Untuk mengatasi masalah ini, beberapa langkah strategis telah diusulkan. Pemerintah dan perusahaan air minum perlu mempercepat penggantian jaringan pipa, terutama di wilayah yang tingkat kebocorannya tinggi. Selain itu, peningkatan keterampilan teknis karyawan dan penerapan teknologi Internet of Things (IoT) dapat membantu mendeteksi dan memperbaiki kebocoran dengan lebih cepat dan efisien. Kerja sama antara pemerintah daerah dan sektor swasta masih diperlukan untuk meningkatkan infrastruktur berkelanjutan.

Riset ILLINI NEWS

(menyematkan/menyematkan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *