Jakarta, ILLINI NEWS – Kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) hingga 12% pada tahun 2025 memberikan tekanan pada ritel modern. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan subsektor yang akan mendapat tekanan lebih besar bukan kuliner atau makanan minuman, melainkan fesyen dan elektronik.
“Saya pikir fashion, elektronik, produk non-makanan akan lebih terpukul, tapi kenapa? Di sektor makanan dan minuman, strateginya bisa banyak. Bisa banyak inovasi. Misalnya kemasannya akan lebih kecil, porsi makanannya akan lebih kecil. menjadi lebih kecil dan sebagainya. “Da bisakah mencari pengganti bumbu atau bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal,” ujarnya kepada ILLINI NEWS seperti dikutip Rabu (20/11/2024).
“Tapi menurut saya lebih sulit dengan produk lain. Bagaimana cara memperkecil ukuran pakaian atau bahan pakaian? Menurut saya itu sulit. Jadi menurut saya relatif non-makanan dan minuman akan paling terkena dampak dari rencana ini.” “, lanjutnya.
Apalagi, subsektor makanan dan minuman (F&B) akan memiliki beberapa strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
“Ada juga beberapa teman bisnis yang melakukan hal ini, seperti memperkecil ukuran kemasan agar lebih mudah dijangkau masyarakat,” kata Alphonzus.
Hal inilah yang dilakukan para pebisnis ketika dihadapkan pada situasi dimana daya beli masyarakat menengah ke bawah sedang melemah. Namun hal tersebut tidak bisa dilakukan setiap saat, termasuk banyak promosi dan diskon.
“Tetapi hal ini tidak bisa dilakukan selamanya, jadi menurut saya apapun yang terjadi, harus ada solusi yang permanen, solusi yang komprehensif. Kondisi ini hanya bersifat sementara. Saya kira ini harus menjadi solusi yang benar-benar komprehensif, kata Alphonsus.
(dce/dce) Tonton video di bawah ini: Video: Pengusaha Teriak! Minta Prabowo Hapus PPN 12% di 2025. Artikel selanjutnya Bos mal sampaikan kabar buruk: Masyarakat Indonesia Lebih Suka Beli Barang Murah