JAKARTA, ILLINI NEWS – Perusahaan pertambangan batubara Adaro Energy Indonesia (ADRO) berencana menghentikan bisnis atau memisahkan anak perusahaan batubara termal, Adaro Andalan Indonesia (AAI). Hal tersebut telah disetujui oleh pemegang saham pada Rapat Umum Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada 18 Oktober 2024.
Tak hanya itu, perseroan juga tengah mencari persetujuan pemegang saham untuk mengubah nama perseroan dan membagikan dividen dalam jumlah besar kepada investor sebelum unit usaha batubara tersebut resmi dilikuidasi.
Chief Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, prospek saham ADRO pasca spin-off AAI sangat bergantung pada dinamika dividen. Karena dinamika keuntungan ini, tentu saja penyesuaian wajar terhadap ADRO terbuka lebar.
Dia mengungkapkan, tren kenaikan saham ADRO sudah terjadi seiring dengan antisipasi pasar terhadap dinamika spin-off AAI.
“Saat ini Adaro telah melakukan penyesuaian yang wajar,” ujarnya kepada ILLINI NEWS, Senin (11/11).
Nafan juga mengatakan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) merupakan perasaan positif bagi produsen batu bara dan sektor energi fosil secara umum.
Sementara itu, Asisten Direktur Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianos Nicodemus mengatakan, divestasi PT Adaro Andalan Indonesia (AAI), anak perusahaan di sektor batubara termal, akan berdampak signifikan terhadap laba ADRO.
Menurutnya, AAI sudah menjadi kontributor utama pendapatan dan laba bersih ADRO secara konsolidasi, sehingga pendapatan diperkirakan turun sekitar 65% dan laba bersih 64% setelah kesepakatan tersebut. formulir laporan keuangan tahun 2024
Sebagai informasi, Adaro melaporkan laba bersih sebesar USD 1,18 miliar atau lebih dari Rp 18 triliun pada akhir kuartal III 2024, turun 2,47% dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar USD 1,22 miliar. Sementara itu, pendapatan operasional turun 10,64 persen tahun-ke-tahun (year-over-year) pada periode yang sama menjadi $4,45 miliar.
Penjualan AAI, selain memberi tekanan pada kinerja perusahaan, juga dipandang sebagai keuntungan strategis. Maximilian mengatakan dengan mengurangi keterlibatannya di sektor batubara termal, ADRO dapat fokus melakukan diversifikasi ke energi yang lebih ramah lingkungan seperti energi terbarukan.
Selain itu, mengurangi paparan terhadap batubara dapat membantu ADRO mengelola risiko yang timbul dari ketidakpastian di pasar batubara global, seperti volatilitas harga dan perubahan peraturan.
“Meski peluncuran AAI akan menurunkan pendapatan dan laba bersih, namun prospek jangka panjang ADRO dapat tetap positif jika perusahaan mampu melakukan diversifikasi ke sektor lain, khususnya industri non-batubara dan energi terbarukan,” jelasnya.
Namun dalam jangka pendek, mengingat kontribusi AAI yang signifikan terhadap pendapatan dan laba ADRO, peluncuran AAI kemungkinan akan memberikan tekanan pada kinerja perusahaan.
Prospek ADRO sangat bergantung pada keberhasilannya dalam menciptakan bisnis baru yang dapat menggantikan peran AAI, seperti berinvestasi pada proyek energi terbarukan.
Di sisi lain, meskipun terjadi transisi ke energi terbarukan, permintaan batubara di beberapa kawasan, terutama di Asia, akan tetap tinggi dalam waktu dekat. Hal ini dapat membantu ADRO mempertahankan posisinya di pasar batubara yang tersisa. (fsd/fsd) Simak video di bawah ini: Video: Produksi Batubara Capai Rekor, Produsen Alat Berat Ikut Untung Artikel Berikutnya Adaro (ADRO) Mau Ganti Nama, Minta Restu Pemegang Saham.