Jakakarta, harga kelapa ILLINI NEWS di Indonesia baru -baru ini melonjak tajam. Menteri Perdagangan (Mendag) Santozo Awaken telah mengungkapkan bahwa peningkatan ini disebabkan oleh permintaan yang tinggi untuk ekspor, terutama dari Cina.
“Kelapa ini juga banyak persyaratan ekspor. Banyak permintaan ekspor, maka industri domestik menjadi bertanya -tanya,” kata Bakke ketika ia bertemu di Kementerian Perdagangan, Jakacarta, Jumat (21/21/2025).
Menteri Koordinasi untuk Divisi Pangan Zulkifli Hassan (Zulhas) di ILLINI NEWS Economy Outlook 2025 di Jakakarta juga menyoroti fenomena tersebut. Dia mengatakan Cina menjadi semakin agresif dalam membeli kelapa dari Indonesia untuk pengobatan santan, yang sekarang semakin populer sebagai susu alternatif.
“Saya hanya mengambil contoh kelapa, sekarang kami tidak memiliki kelapa karena kelapa kami sekarang membeli cina,” kata Zulhas.
Karena ekspor yang tinggi, pasokan domestik mulai menyala. Di Passar Senn, harga kelapa bundar yang sebelumnya £ 10.000 adalah biji -bijian, sekarang bermunculan ke RP. 15.000. Pemerintah juga berencana untuk membuat penilaian dengan memasukkan semua halaman terkait.
Berdasarkan data dari Central Statistics Agency (BPS), ekspor kelapa Indonesia telah mengalami fluktuasi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2020
Jika Anda melihat ekspor ke China secara khusus, pertumbuhan sangat cepat. Pada tahun 2020, ekspor ke Cina hanya $ 35.180. Angka ini naik menjadi $ 140.317 pada tahun 2021, kemudian melonjak menjadi $ 267.842 pada tahun 2022 dan mencetak rekor $ 958.689 pada tahun 2023. Namun, ekspor ke Cina turun secara dramatis pada tahun 2024.
Fluktuasi ini menunjukkan bahwa Indonesia masih belum memiliki strategi ekspor yang benar -benar stabil dan direncanakan dengan baik.
Sementara ekspor Indonesia masih tidak stabil, Vietnam sebenarnya telah berhasil memasukkan daftar ekspor kelapa yang mencapai $ 1,1 miliar pada tahun 2024. Keberhasilan Vietnam bukan tanpa alasan. Negara ini telah memberikan perjanjian perdagangan khusus dengan China, memastikan bahwa pasokan kelapa bisa lebih mudah.
Lebih dari 600 perusahaan di Vietnam terlibat dalam produksi dan pemrosesan kelapa, menciptakan ekosistem industri yang solid dan kompetitif. Trout dari produksi kelapa Vietnam bahkan telah memenuhi standar organik AS dan Eropa, memberi mereka kesempatan untuk menjelajahi pasar premium dengan harga lebih tinggi.
Indonesia, di sisi lain, masih tergantung pada model ekspor tradisional tanpa diversifikasi yang signifikan. Tidak adanya perjanjian perdagangan khusus dengan China memberikan akses ke pasar Indonesia tidak sekuat Vietnam. Selain itu, kualitas dan standardisasi produk masih merupakan tantangan utama. Jika dibandingkan dengan Vietnam, yang berhasil memasuki pasar global dengan kelapa organik resmi, Indonesia masih tertinggal.
Dalam situasi ini, harus ada perubahan dalam strategi sehingga Indonesia dapat bersaing di pasar global. Pemerintah harus mendorong perjanjian perdagangan yang lebih menguntungkan dengan China dan pasar potensial lainnya. Standardisasi produk dan peningkatan kualitas juga penting, sehingga kelapa Indonesia dapat menembus segmen premium.
Selain itu, diversifikasi pasar dan penguatan industri pemrosesan kelapa domestik juga harus menjadi fokus utama, sehingga Indonesia bukan hanya pengekspor bahan baku, tetapi juga dapat menghasilkan produk bernilai tinggi.
Penelitian di ILLINI NEWS (EMB/EMB)