Jakarta, ILLINI NEWS – Emiten sepatu PT Shoes Bata Tbk (BATA) masih mengalami kerugian Rp 131,27 miliar hingga kuartal III 2024. Kondisi ini semakin membebani keuangan perusahaan yang sebelumnya menutup pabrik dan melakukan PHK massal.
Pada April lalu, BATA menutup pabriknya di Purwakarta sehingga mengakibatkan 233 pekerja atau tenaga kerja langsung (PHK) terhenti.
Berdasarkan surat pelaporan penghentian operasional pabrik yang diberikan Bata kepada kami, jumlah pekerja yang di-PHK sebanyak 233 orang, kata Kepala Departemen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Migrasi asal Jawa Barat. Firman Desa di ILLINI NEWS Sore, Selasa (7/5/2024).
“Berdasarkan surat dari manajemen Bata bahwa pabrik ini harus ditutup, maka seluruh pekerja akan dipecat. Iya, itu 100% benar dari surat itu,” tegasnya.
Sejak pandemi Covid-19 atau selama empat tahun terakhir, produsen sepatu Bata menghadapi tantangan berat berupa perubahan perilaku konsumen yang cepat.
Sayangnya, upaya pemulihan perusahaan kurang optimal dan akibatnya pabrik ditutup. CEO Bata Shoes Hatta Tutuko mengatakan, sejak pandemi Covid-19, penjualan BATA lesu dan merugi.
“Covid-19 telah merusak ketertiban di perusahaan BATA yang tadinya menguntungkan. Kini belum mencapai perbaikan yang diharapkan,” ujarnya dalam keterangan publik, Kamis (28 November 2024).
Penjualan masih lesu, hingga September 2024 BATA masih membukukan rugi sebelum pajak sebesar Rp 131,27 miliar.
Bahkan, kerugiannya meningkat dua kali lipat atau 151% year on year menjadi Rp52,33 miliar.
Pelebaran kerugian tersebut seiring dengan penjualan yang turun 26% menjadi Rp363,27 miliar pada kuartal III 2024 dari Rp488,47 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan data perusahaan, BATA juga telah menyelesaikan proses pemutusan kontrak kerja dan pembayaran pesangon kepada karyawan terdampak senilai Rp16,7 miliar hingga Mei 2024.
Terkait dampak penutupan pabrik, BATA saat ini beroperasi dengan mengandalkan 100% produksi dari pemasok lokal.
“Solusinya adalah bekerja sama dengan pemasok lokal untuk memperbaiki kondisi keuangan mereka,” kata Hatta.
Pusat distribusi kemudian dipindahkan dari Purwakarta ke Jakarta. BATA juga bekerja sama dengan perusahaan logistik untuk mengelola barang di gudang, yang kemudian didistribusikan ke toko Sepatu Bata.
Meski demikian, manajemen BATA mengaku optimis akan melihat perbaikan kinerja keuangan ke depan, dengan kerugian diperkirakan akan berakhir pada tahun 2025.
RISET ILLINI NEWS (tsn/tsn)