Jakarta, ILLINI NEWS – Di kantor Kamar Dagang dan Industri Indonesia, pengusaha nasional Anindja Bakri angkat bicara soal permasalahan pengaturan data di Tanah Air. Menurutnya, data yang disimpan secara lokal tidak hanya terkait keuangan dan pemerintahan.
Contoh data yang boleh disimpan di Indonesia adalah data terkait jejaring sosial. Jika terdapat lebih banyak penyimpanan di rumah, jelasnya, hal ini dapat memberikan potensi besar untuk pusat data rumah.
“Potensi data center sangat besar, apalagi datanya tidak hanya finansial dan pemerintah harus ada di Indonesia, tapi juga data lain seperti jejaring sosial. Ya, akan sangat besar,” kata Anindya saat seminar di Indonesia. Menara Perdagangan dan Industri, Jakarta, Kamis (3/10/2024).
Ia melihat potensi data center dalam pemanfaatan industri hijau. Ketika semua kekuatan ini dimanfaatkan, visi Indonesia digital 2045 menjadi mungkin.
Apalagi kalau misalnya data center ini diperkuat dengan green industri seperti tower. Kita lihat visi Indonesia digital 2045 bagus. Pemerintahnya digital, ekonominya digital, masyarakatnya digital, jelasnya. . .
Ia kemudian menjelaskan pentingnya industri digital. Industri ini dapat memberikan nilai tambah yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hal ini disebabkan 55% penduduk Indonesia merupakan digital native. Pertumbuhan industri digital di masa depan juga terlihat bagus.
“Hal ini membuat kita bermimpi bahwa tidak hanya dalam 20 tahun terakhir PDB per kapita bisa tumbuh 4-5 kali lipat, tetapi juga dalam 20 tahun ke depan akan menjadi 4 kali lipat – dari 5 menjadi 25 ribu, atau bahkan hingga 30 ribu dolar. adalah sebuah industri. sangat penting untuk dilestarikan, kata Budi.
Anindya mengatakan, kini saatnya Indonesia menjadi pemimpin digital di kawasan Asia Tenggara. “Yah, menurut saya sudah saatnya kita menjadi pemimpin di bidang ini, tidak hanya di Indonesia, tapi tentu saja di kawasan, di ASEAN.
“Kita tidak bisa kalah dengan Thailand, Vietnam, Singapura yang juga fokus di sektor ini,” ujarnya.
Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arieh Setiadi sebelumnya menjelaskan, pemerintah akan segera menerbitkan update PP 71 tentang daya tarik investasi swasta di sektor ITE khususnya di data center dan lain sebagainya.
Sebab menurut Budi, aturannya diperbarui agar lebih menarik karena Indonesia harus bersaing dengan negara lain. Adapun Malaysia misalnya, diketahui menarik banyak investor karena menawarkan harga listrik yang murah. Indonesia, kata Budi, harus bersaing dengan negara tetangga.
“Listrik di Johor 8 sen per kWh, kita harus bersaing kan? Kami bersaing dengan negara-negara lain dalam hal-hal seperti listrik dan kami memiliki pajak barang gratis. Mereka juga bekerja dengan CPU dan GPU,” kata Budi usai konferensi pers di Jakarta. , Selasa (10 Januari 2024).
Oleh karena itu, kebijakan keuangan harus kita diskusikan dengan Kementerian Keuangan, tambahnya.
Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura telah menerima investasi besar dari raksasa teknologi global.
(dem/dem) Tonton video di bawah ini: Video: Kementerian Komunikasi dan Informatika: Data Pusat Bisnis memberi RI peluang $3,37 miliar.