Jakarta, ILLINI NEWS – IHSG kembali melemah ke level 7.100 akibat derasnya aliran dana asing dan tekanan berulang dari kuatnya indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang mencapai level terkuatnya tahun ini.
Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur nilai dolar AS terhadap enam mata uang asing utama yaitu Euro, Yen, Yen Jepang, Dolar Kanada, Poundsterling, Krona Swedia, dan Franc Swiss terus meningkat pada tahun ini.
Berdasarkan data Refinitiv, DXY enam hari berada dalam tren penguatan berkelanjutan pada hari ini, Jumat (15/11/2024) pukul 09:00 WIB, dengan indeks dolar AS kembali menguat 0,13% setelah dibuka pada 106,81.
Posisi tersebut menjadi posisi terkuat tahun ini dan mendekati level terkuat sejak November lalu.
Penguatan dolar secara masif terjadi pasca kemenangan Trump sebagai presiden AS. Pelaku pasar berharap kebijakan proteksionisme Trump akan membuat Amerika kembali hebat.
Selain itu, jumlah warga AS yang mengajukan asuransi pengangguran pada pekan yang berakhir 9 November adalah 217.000, turun dari 223.000. Data ini menunjukkan pasar tenaga kerja yang kuat, yang mendukung nilai dolar.
Tidak sampai disitu saja, Ketua Fed Jerome Powell dalam pidatonya tadi malam mengatakan bahwa Federal Reserve akan mengambil langkah cerdas dalam kebijakan suku bunga, dengan menekankan bahwa tidak ada tekanan untuk segera menurunkan suku bunga. .
Pernyataannya juga memberikan alasan bagi investor untuk mempertahankan sikap bullish terhadap dolar AS
Penguatan dolar AS kemudian berdampak negatif pada negara-negara emerging market, termasuk Indonesia. Alasannya adalah ketika dolar menguat, asing menjadi kurang agresif memasuki pasar Indonesia karena dianggap lebih mahal, padahal saat ini lebih menguntungkan untuk menyimpan dolar AS sebagai safe haven.
Berdasarkan data BEI, asing sudah berminat menjual saham Indonesia sejak 22 Oktober lalu dan melanjutkan perdagangan hari ini.
Jika dilihat secara year to date (mtd), kinerja terburuk terjadi pada 8 November senilai Rp 2,26 triliun. Sedangkan pembelian bersih hanya terjadi dua hari (4-5 November 2024), namun nilainya kecil.
Jadi, jika dihimpun asing, penjualan bersihnya masih Rp 13,53 triliun di pasar reguler dan Rp 1,05 triliun di pasar spot dan tunai per bulan.
Tekanan penjualan asing yang konsisten ini bisa dikatakan serupa dengan akhir pekan September lalu yang berlanjut hingga pertengahan Oktober 2024, meski inflow terparah tercatat pada 30 September sebesar Rp 2,7 triliun.
Terlihat pada gambar di atas, exit asing turut membebani pergerakan IHSG, hari ini IHSG terpuruk 1% menuju level 7100.
Lihatlah lebih dalam saham-saham yang paling banyak terjual oleh pihak luar pada bulan lalu, terutama dari sektor perbankan berkapitalisasi besar. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memimpin dengan penjualan asing Rp 5,7 triliun, disusul PT Bank Central Asia Tbk Rp 2,7 triliun, PT Bank Mandiri Tbk Rp 2,5 triliun, dan PT Bank Negara Indonesia Rp 214,9 miliar.
Selain perbankan, ada emiten telekomunikasi besar PT Telkom Indonesia Tbk Rp1 triliun, PT Adaro Energy Indonesia Tbk Rp542,6 miliar, PT Merdeka Chopper Tbk Rp261,8 miliar, dan PT Semen Indonesia Tbk Rp258,6 miliar.
INVESTIGASI ILLINI NEWS
(tsn/tsn)