JAKARTA, ILLINI NEWS – Kecukupan dan ketahanan pangan menjadi fokus pemerintahan Prabowo Subianto.
Sebagai informasi, Presiden Indonesia ke-8 Prabowo Subianto menilai Indonesia China harus mencapai ketahanan pangan. Bagi Prabowo, pangan penting bagi negara karena menentukan hajat hidup orang banyak dan penting untuk menjaga stabilitas negara.
Misalnya, setelah Covid-19 menyebar ke seluruh dunia, banyak negara penghasil beras berhenti mengekspor untuk menjamin ketahanan pangan. Oleh karena itu, banyak negara yang kebingungan karena tidak bisa melakukan impor. Jangan lagi bergantung pada pangan dari negara lain.
Oleh karena itu, program swasembada pangan tahun 2025 merupakan langkah strategis pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan nasional dengan lebih memanfaatkan lahan yang tersedia dan memperluas areal persawahan untuk menjamin ketahanan pangan hingga tahun 2025.
Menteri Pangan yang berkoordinasi
Menteri Koordinator Pangan Zulkifli Hasan mengatakan, pemerintah memiliki dua tujuan utama untuk mencapai kecukupan pangan yang ingin dilaksanakan oleh Presiden Prabowo Subianto pada tahun 2027, yaitu meningkatkan efisiensi irigasi, pupuk, dan regulasi. Serta area terbuka baru.
“Tidak ada jalan lain, kita harus buka lahan baru, masa depan kita saat ini dan masa depan adalah Papua dan Kalimantan, tapi ibu kotanya sudah kita duduki, Papua Merauke lebih luas, lebih luas dari Pulau Jawa, kita coba 100.000 hektar. , kalau dilaksanakan dengan baik, akan menjadi 1. Kita akan menanam 1 juta hektar, menanam tebu 600.000 hektar, saat ini ditanam lebih dari 20 ribu hektar pada hari Rabu. (3/12/2024) “600.000 orang mengikuti model yang ada”, kata 100 ekonom dalam konferensi tersebut.
Sebagai referensi, luas lahan pertanian lahan basah semakin berkurang setiap tahunnya.
Pada tahun 2015 luas areal persawahan berkurang menjadi 8,09 juta hektar dan pada tahun 2019 berkurang menjadi 7,46 juta hektar. Hal ini disebabkan oleh transformasi lahan yang terjadi secara terus menerus karena meningkatnya kebutuhan akan lahan pemukiman, industri, perkantoran, pariwisata, jalan dan infrastruktur lainnya untuk mendukung pembangunan masyarakat.
Dampaknya produksi pangan akan menurun atau menurun. Makanan utama, buah-buahan, sayuran, dll. Lahan pertanian menjadi langka sehingga menyebabkan produksi pangan menurun.
Faktor utama yang mendorong transformasi lahan bersifat kompleks dan dinamis, serta bervariasi dalam ruang dan waktu. Menurut Kementerian Pertanian (Kementan), setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya konversi lahan secara luas.
Luas lahan pertanian padi akan bertambah 100.000 hektar
Zulkifli akan mencoba membuka lahan baru seluas 100.000 hektar di Papua (Merauke) dan bila hasilnya bagus akan dilanjutkan dengan penanaman 1 hektar.
1 juta hektar lahan baru dibuka akan meningkat 13,4% dibandingkan data tahun 2019.
Tak hanya itu, ia juga mengatakan agar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) harus fokus pada peningkatan gabah Unggul untuk mencapai tujuan pangan bagi dirinya sendiri.
Hal yang sama juga berlaku pada kotoran. Zulkifli mengatakan, pupuk bersubsidi pemerintah bisa dengan mudah didistribusikan ke masyarakat, karena kendala distribusi saat ini masih rumit.
Zulhas juga menyoroti permasalahan irigasi yang tidak mampu mendukung produksi pangan. “Itulah mengapa swasembada itu rumit, meski dengan banyak ahli,” kata Zulhas.
Riset ILLINI NEWS
[dilindungi email] (rev/rev)