Jakarta, ILLINI NEWS – Sebanyak 30 pabrik tekstil di Indonesia terpaksa tutup dan merumahkan ribuan pekerjanya. Ketua Asosiasi Produsen Tekstil dan Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasutha mengatakan, banyak pabrik yang tutup dalam dua tahun terakhir.
Ia mengatakan, ada 30 pabrik yang tutup di sektor tekstil.
“Baru kemarin BUMN PT Primissima ditutup. Artinya, ada 30 pabrik yang sudah kita tutup dan produksinya dihentikan. Ada juga yang merelokasi beberapa pabriknya,” kata Ledma kepada ILLINI NEWS Ta. .2024).
“Masih banyak industri yang terdampak dan tidak melaporkan,” imbuhnya.
Lebih dari 11.207 pekerja kehilangan pekerjaan karena penutupan pabrik. Angka tersebut belum termasuk jumlah PHK secara keseluruhan karena ada beberapa perusahaan yang tidak diketahui jumlah PHKnya.
Berikut rincian informasi 30 perusahaan TPT yang tutup dan berhenti produksi sejak triwulan II tahun 2022, mengacu pada data APSyFI: (Nama PT Primissima belum tercatat): PT LAWE ADYAPRIMAPT GRAND PINTALANPT CENTEX – CELANA ARGO DAMATEXPT – BEKASIPT ASIA CITRAPratamaput Kaja Apollo Utamaput Mulia Cerah Abadipt Lucky Textile (PHK 100 ORG)PT Grand Vest (organisasi PHK 300)PT Delta Marlin Textil dan Duniatex Group (organisasi PHK 660)PT Delta Marlin Textil II Duniatex Group (organisasi PHK 924)PT Pulau Mastech Still (PHK 460)PT Tantex (Tertutup & PHK 1163 orang) Grup AGUNGTEX (2.000 orang diberhentikan) PT KABANA (1.200 orang) PT PISMATEX (PAILIT & 1.700 orang diberhentikan) PT SAI APAREL (relokasi sebagian) PT ADETEX (500 orang diberhentikan) PT NIKOMAS (beberapa ribu karyawan bertahap) PT CHINGLUH ( Pekerja 2000an) PT HS APAREL (Tertutup) PT STARPIA (Tutup) PT DJONI TEXINDOPT EFENDI TEXTINDOPT FOTEXCO BUSANA INTERNATIONALPT WISKA SUMEDANG (Tutup dan Dibatalkan) 700-an) PT ALENATEX (Tutup dan PHK 700-an) PT KUSUMA GROUP (3 Perusahaan Tutup dan PHK 1500-an)
Industri tekstil patut mendapat perhatian lebih karena merupakan kegiatan padat karya. Artinya, jika sebuah pabrik tutup, ribuan orang bisa kehilangan pekerjaan pada saat yang bersamaan.
Secara kuartal-ke-kuartal, industri TPT berubah dari penurunan sebesar 2,63% kuartal-ke-kuartal menjadi pertumbuhan sebesar 5,37% kuartal-ke-kuartal. Di sisi lain, industri TPT berbalik dari penurunan 0,03% year-on-year menjadi pertumbuhan 7,43%. Perlu dicatat bahwa saat ini juga, pertumbuhan industri tekstil terjadi pada tingkat yang lebih rendah pada tingkat triwulanan.
Sebagai perbandingan, menurut data Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker), jumlah pekerja yang terkena PHK pada Januari hingga Oktober 2024 sebanyak 59.796 orang.
Selain itu, sejumlah perusahaan tekstil juga menunggu keputusan pengadilan mengenai kepailitan dan penangguhan utang (PKPU), antara lain PT Sri Rejeki Isman atau Sritex, PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT), dan PT Pan Brothers Tbk.
“Sejak Oktober 2024, sudah ada 59.796 pekerja yang terkena PHK. Jumlah ini bertambah 25.000 dalam tiga bulan terakhir,” kata Yasiel, Kamis (31 Oktober 2024) di Jakarta. Lakol). Simak video di bawah ini, keterangan yang diterima ILLINI NEWS (dce/wur): Video: Kementerian Tenaga Kerja upayakan PHK di industri TPT agar mendapat perhatian Artikel berikutnya Tsunami pabrik mati meninggalkan Real RI Textiles, 36 Tutup sejak 2019