Jakarta, ILLINI NEWS – Tahun 2024 akan menjadi tahun rollercoaster harga pangan global. Indeks Harga Pangan FAO (FFPI) mengungkapkan dinamika harga berbagai produk pangan sebagai cerminan tantangan besar, mulai dari perubahan iklim hingga pola konsumsi global. Sebagai catatan penting,
Indeks FAO pada bulan Desember 2024 mencatat indeks sebesar 127,0 poin, lebih rendah 0,5 persen dibandingkan bulan November, namun masih lebih tinggi 6,7 persen dibandingkan bulan Desember 2023. Namun angka tersebut masih jauh dari puncaknya pada Maret 2022, yakni lebih rendah 33,2 poin.
Peningkatan pasokan pangan ini tentu saja menjadi beban bagi masyarakat global, khususnya para ibu rumah tangga yang harus memenuhi kebutuhan pangan keluarganya.
Berdasarkan data indeks harga pangan FAO tahun 2024, minyak nabati merupakan bahan pangan termahal secara tahunan dengan rata-rata indeks mencapai 138,2 poin, meningkat 9,4 persen dibandingkan tahun 2023.
Harga minyak nabati terutama dipengaruhi oleh kekurangan pasokan di negara-negara produsen utama di Asia Tenggara, khususnya minyak sawit, meskipun terjadi sedikit penurunan pada bulan Desember. Indeks ini juga melampaui produk pangan lainnya seperti produk susu (129,6 poin) dan daging (117,2 poin), menjadikannya kategori harga tertinggi di pasar dunia pada tahun 2024.
Namun, secara bulanan, produk susu attar menduduki puncak indeks sebesar 138,9 poin di bulan Desember, sedikit lebih tinggi dibandingkan minyak nabati sebesar 163,3 poin di bulan yang sama. Hal ini menunjukkan dinamika harga yang fluktuatif tergantung jenis bahan pangan dan periode tertentu.
Sementara itu, indeks harga serealia pada bulan Desember sebesar 111,3 poin, relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya, namun turun 9,3% secara tahunan (year-on-year/year-on-year). Harga gandum berada di bawah tekanan akibat peningkatan panen di Argentina dan Australia, namun sedikit lebih tinggi karena kondisi panen yang buruk di Rusia.
Menariknya, harga jagung mengalami sedikit kenaikan karena kuatnya permintaan ekspor, sementara harga beras turun sebesar 1,2%. Secara tahunan, indeks sereal mencapai 113,5 poin, turun 13,3% dari tahun 2023, namun beras mengalami peningkatan tahunan ke level tertinggi dalam 16 tahun. Indeks harga daging naik menjadi 119,0 poin pada bulan Desember, tertinggi dalam tiga bulan, terutama didorong oleh harga daging sapi yang lebih tinggi. Permintaan yang kuat dan berkurangnya pasokan karena penutupan musiman di negara-negara eksportir utama menjadi faktor utamanya. Indeks ini mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 7,1 persen, dengan rata-rata tahunan sebesar 117,2 poin, meningkat 2,7 persen dibandingkan tahun 2023.
Lain halnya dengan gula. Indeks gula turun secara signifikan pada bulan Desember menjadi 120,0 poin, 5,1% lebih rendah dari bulan November dan 10,6% lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini didorong oleh produksi besar-besaran di Brasil serta prospek pasokan global yang menguat. Namun, secara tahunan, indeks gula rata-rata mencapai 125,8 poin, turun 13,2 persen dari tahun 2023, yang menunjukkan tren peningkatan pasokan.
Memang benar, tahun 2024 akan menjadi tahun yang penuh warna bagi harga pangan global. Apa yang diharapkan, apakah tahun 2025 akan lebih “manis” atau lebih menantang? Riset ILLINI NEWS (emb/emb)