Jakarta, ILLINI NEWS – Presiden baru Indonesia, Prabowo Subianto, mengungkapkan rencananya untuk mengubah sistem subsidi di Indonesia. Secara khusus, subsidi yang awalnya terfokus pada komoditas berubah menjadi subsidi langsung untuk rumah tangga.
Ia berpendapat bahwa subsidi yang ada saat ini, yang sebagian besar ditujukan pada komoditas, belum sepenuhnya memberikan manfaat bagi masyarakat lapisan bawah. Oleh karena itu, subsidi harus direformasi agar lebih tepat sasaran dan adil. “Kami sedang mengevaluasi konversi subsidi menjadi subsidi rumah tangga,” kata Prabowo dalam acara BNI Investor Daily Summit, Kamis (10/10/2024).
Menurut Prabowo, pemerintah akan mengumpulkan informasi lengkap tentang seluruh keluarga miskin di Indonesia “berdasarkan nama dan alamat” dalam rencananya.
Ia berharap dengan sistem ini bantuan dapat disalurkan lebih tepat melalui jaringan lembaga keuangan dan logistik seperti BRI, BNI, dan Pos Indonesia.
“Kami mencari informasi sesuai nama dan alamat masing-masing keluarga di tingkat paling bawah, dan kami berharap cara yang tepat adalah BRI, BNI, POS Indonesia dengan jaringannya membantu menyalurkan subsidi ke keluarga paling miskin. Bisa,” ucapnya.
Seperti diketahui, pemerintahan pimpinan Prabowo Subianto berencana mengubah sistem subsidi energi seperti bahan bakar minyak (BBM), liquefied petroleum gas (LPG), dan listrik dari berbasis komoditas menjadi personal atau langsung ke rakyat. Hak untuk menerima dukungan. Alasan perubahan ini adalah penargetan subsidi.
Burhanuddin Abdullah, Ketua Dewan Pakar Kelompok Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, berpendapat bahwa subsidi energi sebaiknya diberikan kepada yang membutuhkan dalam bentuk Hibah Langsung Tunai (BLT) agar lebih tepat sasaran.
“Kami ingin datanya dikoreksi, dikoreksi agar mereka (masyarakat miskin) mendapat bantuan langsung tunai, bukan untuk barangnya, tapi untuk keluarganya mendapatkan apa yang mereka dapatkan,” kata Burhanuddin di acara UOB Indonesia Economic Outlook 2025. Hak untuk berbuat.” , Jumat (27 September 2024) dikutip.
Ia mengungkapkan, subsidi energi sebesar Rp 540 triliun yang diberikan selama ini masih belum sesuai dengan kenyataan. Hal ini misalnya terjadi di Kota Solo, Jawa Tengah.
Dalam studi mereka di wilayah Solo, mereka menemukan bahwa subsidi listrik yang dimaksudkan untuk membantu masyarakat kurang mampu secara ekonomi hanya mampu memenuhi kebutuhan listrik yang sangat rendah, seperti hanya menyalakan satu lampu per rumah tangga dengan biaya bulanan sekitar Rp 30 ribu tahun 2000.
Jadi minggu lalu saya ke Solo, saya ketemu pelanggan PLN di sana, mereka bayar Rp 30.000 per bulan, lampunya hanya satu, katanya.
Selain itu, Burhanuddin juga menilai masyarakat miskin tidak mendapatkan manfaat signifikan dari subsidi BBM. Sebab, mereka biasanya tidak memiliki kendaraan sehingga subsidi BBM tidak relevan bagi mereka.
(PGR/PGR) Simak video di bawah ini: Video: Pembatasan Subsidi BBM Tahap Pengujian Artikel Selanjutnya Pembahasan Pertamax CS Dapat Subsidi, Bagaimana dengan BBM Pertalite?