JAKARTA, ILLINI NEWS – Nilai tukar rupiah yang sangat fluktuatif terhadap dolar AS pada pekan ini, namun berhasil mengakhiri posisinya di zona hijau dan bertahan di level Rp/US$ 15.500.
Menurut Refinitiv, pada Jumat (10/11/2024), mata uang Garuda menguat 0,54% menjadi Rp 15.575/US$.
Apresiasi rupee dalam sehari terakhir akhirnya membawanya kembali ke level Rp/US$15.500 setelah bertahan di atas Rp/US$15.600 selama empat hari terakhir.
Meski demikian, pergerakan mingguan rupee masih mengalami pelemahan sebesar 0,61%. Hal ini melanjutkan tren pelemahan rupee sebesar 2,38% sejak pekan pertama Oktober.
Penguatan rupee pada hari terakhir sejalan dengan indeks dolar AS (DXY) yang mulai terkoreksi 0,10% ke 102,59 setelah menyentuh level tertinggi dalam sebulan.
DXY sebelumnya ditutup di zona hijau selama sembilan hari berturut-turut dan berada di bawah tekanan rupee sejak awal bulan karena penciptaan lapangan kerja di AS yang lebih tinggi dari perkiraan dan penurunan tingkat pengangguran di negara tersebut.
Terlebih lagi, dampak dari eskalasi perang di Timur Tengah menyebabkan harga minyak melonjak lebih dari 10% hanya dalam waktu satu minggu. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di pasar bahwa impor bahan bakar yang lebih tinggi dapat memberikan tekanan pada rupee.
Namun RI masih mencatatkan cadangan devisa yang cukup untuk menutupi 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan membayar utang luar negeri pemerintah serta melampaui standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Cadangan devisa Indonesia mencapai rekor tertinggi sebesar US$149,9 miliar pada akhir bulan September 2024, yang berarti cukup stabil dibandingkan akhir Agustus 2024 yang berada di level 150,2 miliar dolar Amerika Serikat.
Riset ILLINI NEWS di Indonesia
(tsn/tsn) Simak video berikut ini: Prabowo: Benar-benar Hilirisasi, Tak Ada Negosiasi!