Pasar keuangan Indonesia bergerak mixed pada perdagangan kemarin, IHSG menguat seiring pelemahan rupiah Wall Street pada penutupan beragam, Nasdaq hanya optimistis data perekonomian Menteri Prabowo dan AS akan mewarnai pergerakan pasar hari ini.
Jakarta, ILLINI NEWS – Pasar keuangan Indonesia bergerak serempak pasca dilantiknya kabinet Merah Putih di bawah pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka periode 2024-2029. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat, sedangkan rupiah ditutup melemah.
Ada juga lebih banyak perasaan dari dalam dan luar negeri sepanjang minggu ini. Informasi lebih lanjut mengenai sentimen dan prakiraan pasar saat ini dapat ditemukan di halaman 3 artikel ini. Dan investor juga dapat melihat agenda dan rilis data yang direncanakan hari ini baik di dalam maupun luar negeri pada halaman empat.
Pasca pelantikan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabumung Raka serta jabatan Dewan Merah Putih, IHSG ditutup di Zona Hijau. Pada perdagangan Senin (21/10/2024), IHSG tercatat menguat 0,16% ke level 7.772,60.
Harga transaksi atau konversi IHSG tercatat sebesar Rp 10,56 triliun. Transaksi tersebut berasal dari volume saham sebanyak 25,88 miliar lembar saham, terdiri dari 303 lembar saham naik, 270 saham turun, dan 228 saham stagnan.
Penutupan ini mirip dengan pergerakan IHSG pasca pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2019. Berdasarkan sejarah 5 sesi pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, IHSG memang lebih tertekan.
Penguatan IHSG kemarin dipimpin oleh banyak sektor, salah satunya sektor teknologi dan real estate yang memimpin penguatan IHSG.
Terlepas dari ekspektasi penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) hingga akhir tahun. Rencana tiga juta rumah setahun yang akan dikeluarkan Presiden Prabowo Subianto juga menjadi stimulus baru bagi sektor real estate.
Berdasarkan survei internal PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, rumah di perkotaan memiliki nilai jual rata-rata Rp 200 juta dan rumah di pedesaan pada kisaran Rp 75 juta – Rp 100 juta.
Sebab, jika rencana rumah 3 juta ini diterapkan secara maksimal, maka volume transaksinya bisa mencapai Rp 400 triliun per tahun. Sebagai catatan, perkiraan tersebut merupakan perkiraan terendah karena harga jual rumah di setiap daerah tidak selalu sama.
Mengacu pada peta jalan yang dihasilkan asosiasi perumahan, akan disediakan 3 juta rumah setiap tahunnya. Sebanyak 1 juta unit untuk memenuhi kebutuhan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di perkotaan dan 2 juta unit untuk masyarakat di perdesaan.
Menurut perkiraan tim peneliti BTN, proyek real estate tersebut akan memberikan efek domino terhadap 183 sektor usaha lainnya, mulai dari sektor hulu tertinggi seperti produsen semen, batu bata, rangka baja, hingga rantai pasok paling hilir seperti toko perangkat keras, pemasok genset. dan UMKM pendukung kebutuhan proyek.
Sedangkan untuk rupiah, dilansir Refinitiv, pada perdagangan Senin (21/10/2024), rupiah ditutup melemah 0,19% terhadap dolar AS di Rp 15.490/US$1.
Nilai tukar rupiah melemah pada penutupan pasar kemarin sore di tengah perhatian investor terhadap pengumuman Dewan Merah Putih baru yang dibentuk oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Pasar nampaknya menunggu kebijakan ekonomi dari para menteri baru, terutama terkait reformasi ekonomi yang dijanjikan Prabowo pada pidato pertamanya.
Pelantikan Prabowo dan Gibran pada Minggu (20/10/2024) di Gedung MPR/DPR/DPD merupakan awal pemerintahan baru yang segera mengumumkan kabinet Merah Putih.
Investor mencermati langkah strategis tim ekonomi yang diharapkan dapat memperbaiki keadaan perekonomian, termasuk mengatasi permasalahan korupsi dan swasembada pangan.
Namun ketidakpastian arah politik yang diambil menteri baru menimbulkan spekulasi di kalangan pelaku pasar yang tercermin dari melemahnya nilai tukar rupiah.
Meski dalam pidatonya Prabowo telah berjanji untuk meningkatkan kepuasan pangan dan memberantas korupsi melalui reformasi struktural, pasar masih menunggu realisasi janji tersebut.
Sementara dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Senin (21/10/2024), imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tercatat menguat 0,05% ke level 6.610 dari perdagangan sebelumnya. Menguatnya imbal hasil obligasi mengindikasikan pelaku pasar melakukan dumping Surat Berharga Negara (SBN). Di sisi lain, lemahnya penghimpunan mengindikasikan pelaku pasar kembali membeli Surat Berharga Negara (SBN).