JAKARTA, ILLINI NEWS – PT Pertamina (Persero) memperkenalkan produk bahan bakar minyak (BBM) baru bernama Pertamax Green 95. Sedangkan produk bahan bakar baru adalah bensin Pertamax (RON 92) yang dicampur dengan bioetanol 5% (E5).
Meski diperkenalkan, peluncuran bahan bakar Pertamax Green 95 hanya terbatas di dua kota besar yakni Surabaya dan Jakarta, kata Pertamina Oki Mirza, Senior Vice President Innovation Technology (SVP) PT. Hal ini disebabkan terbatasnya pasokan bahan bakar bioetanol.
Ia mengatakan dalam acara Energy Corner ILLINI NEWS, Selasa (22/10/2024): “Tetapi saat ini tentu saja ada di dua kota, yaitu di Surabaya dan Jakarta karena terbatasnya bahan bakar bioetanol.”
Oleh karena itu, ke depan ia berharap dengan peningkatan kapasitas produksi minyak Pertamax Green 95, Oki berharap bisa memperoleh bioetanol sebanyak 200 ribu kiloliter (total) setiap tahunnya.
“Tentunya ke depan kita harapkan semakin besar skalanya, maka akan semakin besar. Kita punya potensi di hasil samping pabrik gula, yaitu pelet, kita bisa dapat 200 ribu, kalau lebih dari 200 ribu.” Sastra,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, Indonesia saat ini memiliki 13 industri bioetanol. Bahkan dari 13 industri hanya 2 yang merupakan pabrik bioetanol kelas minyak yang digunakan sebagai bahan bakar campuran minyak (BBM).
Baru, Direktur Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Enya Listiani Devi mengatakan, pihaknya masih membahas program campuran bioetanol untuk bahan bakar, apakah 2,5 Mulai dengan % atau 5%. .
Namun yang pasti, setidaknya 2 dari 13 industri bioetanol yang ada saat ini memenuhi kriteria klasifikasi bahan bakar.
“Jadi, kita juga ingin mempercepat industrinya. Dari 13 industri bioetanol yang ada, hanya dua yang memenuhi kriteria masuk dalam jaringan bahan bakar, sisanya food grade,” ujarnya dalam pameran Green Economy: Technology, sesat . dan sirkularitas, dikutip Jumat (5/7/2024).
Menurut Enya, program pencampuran bioetanol untuk bahan bakar mandiri sebenarnya sudah ada. Namun sayangnya, sejauh ini keberhasilannya masih nihil, padahal Indonesia memiliki target 20% bioetanol pada tahun 2025.
“Nah, program bioetanol ini sudah berjalan lama, banyak peraturan di Kementerian ESDM, bahkan pada tahun 2025 kita seharusnya sudah mencapai bioetanol 20 persen, tapi sejauh ini nihil.” katanya.
(wia) Tonton video di bawah ini: Video: Prabo Energy Consultant Ungkap Alternatif Bahan Bakar Artikel Berikutnya RI punya 13 industri bioetanol, hanya 2 yang bisa dikonversi ke bensin