Jakarta, ILLINI NEWS – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tipis pada penutupan perdagangan Kamis (10/10/2024) karena investor cenderung mencermati, menunggu, dan melihat perkembangan global saat ini.
Hingga pukul 12:00 WIB, indeks IHSG melemah 0,05% menjadi 7.497,35. IHSG pun terkoreksi hingga 7400, tepatnya di kisaran 7490 secara psikologis.
Omset indeks sesi pertama hari ini mencapai Rp 4,1 triliun, termasuk 9 miliar saham yang diperdagangkan sebanyak 630.589 kali. Harga 262 surat berharga menguat, 254 harga surat berharga terkoreksi, dan 260 harga surat berharga stagnan.
Dari sisi sektor, sektor teknologi mengalami koreksi terbesar dan paling menekan IHSG pada sesi I hari ini, yakni menguat 0,93%. Sebaliknya, sektor konsumsi non primer menjadi penghambat koreksi IHSG sebesar 1,23%.
Sementara di pasar saham, dua raksasa perbankan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mendukung IHSG dengan skor indeks masing-masing 2,2 dan 1,8.
Sementara itu, saham konglomerat Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan penambang Grup Salim PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) berkinerja buruk di IHSG masing-masing sebesar 6,5 dan 5,3.
Berikut saham-saham yang sempat terhenti dan menahan koreksi IHSG pada sesi pertama hari ini.
Mulai dari memanasnya Timur Tengah hingga risalah Federal Open Market Committee (FOMC) di Amerika Serikat (AS), sentimen eksternal kembali mewarnai pergerakan pasar keuangan domestik.
Selain itu, pelaku pasar juga masih menunggu hasil indeks harga konsumen (CPI) dan CPI inti AS, yang dapat mengindikasikan apakah bank sentral AS (Federal Reserve/Fed) akan menurunkan suku bunga secara agresif.
Pejabat Federal Reserve setuju untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,0% pada pertemuan bulan September. Namun, The Fed tidak yakin seberapa agresif langkah-langkah tersebut.
Mereka akhirnya memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar setengah poin persentase untuk menyeimbangkan kepercayaan inflasi dan kekhawatiran pasar tenaga kerja, menurut berita acara yang diterbitkan Kamis pagi waktu Indonesia.
Beberapa pejabat memperkirakan pemotongan yang lebih kecil sebesar 25 basis poin karena inflasi terus menurun dan mereka kurang khawatir terhadap situasi ketenagakerjaan.
Pada akhirnya, hanya satu anggota FOMC, Gubernur Michelle Bowman, yang menolak pemotongan setengah poin, dan mengatakan bahwa dia lebih memilih pemotongan sebesar 25 basis poin.
Sementara itu, AS akan merilis data CPI dan CPI inti (tidak termasuk pangan dan energi) malam ini yang ditunggu-tunggu oleh para pelaku pasar.
Data CPI AS diperkirakan akan turun lagi pada bulan September atau pada akhir kuartal ketiga, sehingga memberikan kepastian bagi The Fed, yang semakin fokus melindungi pasar tenaga kerja.
CPI diperkirakan meningkat 2,3% dari tahun ke tahun, penurunan keenam berturut-turut dan terendah sejak awal tahun 2021. Tidak termasuk kelompok pangan dan energi yang mudah berubah, yang memberikan gambaran yang lebih baik mengenai inflasi inti, diperkirakan akan meningkat sebesar 0,2. % dari bulan lalu, 3,2% dari September 2023.
Di sisi lain, situasi di Timur Tengah semakin mencekam ketika Irak melancarkan serangan ke Israel. Sementara itu, militer Israel mengatakan angkatan udaranya telah mencegat sebuah drone yang diluncurkan dari timur pada Rabu pagi. Namun Israel tidak memberikan rincian lebih lanjut.
RISET ILLINI NEWS
[email dilindungi]Disclaimer: Artikel ini merupakan produk jurnalisme konseptual dari ILLINI NEWS Research. Analisis ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembaca agar membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada di tangan pembaca dan kami tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan ini. (chd/chd) Simak videonya di bawah ini: Video: Respon Positif Kabinet Prabowo, IHSG Menguat 7 Hari Berturut-turut Next post Potret Euforia IHSG Kembali ke 7300.