Jakarta, ILLINI NEWS – Tiongkok menjadi salah satu alasan mengapa perekonomian di kawasan Asia Timur dan Pasifik tumbuh lebih lambat dibandingkan pandemi.
Aaditya Mattoo, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, mengatakan bahwa terlepas dari situasi geopolitik saat ini, Beijing adalah faktor paling berpengaruh dalam menggerakkan perekonomian kawasan.
“China adalah mesin pertumbuhan di seluruh dunia, termasuk di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Sejauh ini, Beijing masih tumbuh di negara lain,” kata Mattoo dalam konferensi pers online, Selasa (10/8/2024).
“Jika pertumbuhan di Tiongkok turun, kekuatan dorongan ini juga akan turun di negara-negara lain,” tambahnya.
Menurut data Bank Dunia yang dipaparkan Mattoo, pertumbuhan Tiongkok berdasarkan output per kapita berada di atas 25% selama periode pandemi. Hal ini juga mendorong pertumbuhan di negara-negara lain di kawasan.
Cornell University menyebutkan perekonomian Tiongkok diperkirakan akan cukup suram, setidaknya pada tahun ini. Dalam beberapa data, perekonomian Tiongkok diperkirakan tidak akan membaik, baik dalam jangka pendek seperti konsumsi rumah tangga, maupun dalam jangka panjang dari segi harga komoditas.
Sementara itu, aktivitas pabrik di Tiongkok juga dilaporkan mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut pada September 2024. Hal ini terjadi ketika negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut kesulitan menghidupkan kembali momentum pertumbuhannya.
Data Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis pada 30 September menunjukkan indeks manajer pembelian atau PMI manufaktur resmi mencapai 49,8 pada bulan September, dibandingkan 49,1 pada bulan Agustus, 49,4 pada bulan Juli, dan 49,5 pada bulan Juni.
Angka PMI di atas 50 menunjukkan perluasan aktivitas, angka di bawah angka ini menunjukkan kontraksi. Data tersebut mengalahkan angka 49,5 yang diperkirakan para ekonom yang disurvei oleh Reuters.
(sef/sef) Simak videonya di bawah ini: Video: Bank Dunia prediksi perekonomian China tahun depan masih tertekan Artikel Selanjutnya Duh! Bank Dunia mengatakan bahwa negara-negara berkembang akan menjadi lebih miskin