Jakarta, ILLINI NEWS – PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), perusahaan patungan antara PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), mengungkapkan permintaan aluminium global saat ini mencapai 10 juta ton per tahun.
Direktur Utama PT BAI Leonard M. Manurung mengatakan, hal ini dikarenakan hampir seluruh proyek konstruksi di dunia menggunakan aluminium sebagai bahan dasarnya.
“Kebutuhan dunia saat ini 10 juta ton alumunium. Kalau kita lihat sekarang, hampir semua kebutuhan, terutama konstruksi, menggunakan alumunium. Kita tidak banyak lagi menggunakan kayu, tapi kita menggunakan alumunium sebagai komponennya,” ujarnya. menjelaskan. Leonard. dalam program Minesweeper ILLINI NEWS, dikutip Jumat (18/10/2024).
Tidak hanya sebagai bahan bangunan, kata Leonard, aluminium juga dibutuhkan sebagai bahan industri kabel, industri otomotif, dan kebutuhan rumah tangga. Pasalnya, aluminium ringan, lembut, dan tahan terhadap korosi.
“Itu meliputi industri kabel, industri otomotif, sebagian konstruksi, dan sebagian industri rumah tangga yang hampir semuanya menggunakan aluminium,” kata Leonard.
Leonard menjelaskan, seiring dengan tingginya permintaan aluminium global, pihaknya saat ini sedang membangun fasilitas pengolahan bauksit menjadi alumina atau Smelting Alumina Refinery (SGAR) Tahap 1 di Mempawah, Kalimantan Barat.
Total kapasitas produksi pabrik alumina akan mencapai 1 juta ton per tahun dan direncanakan start-up pada awal tahun 2025.
Hingga 50% produksi alumina SGAR akan digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Ia mengatakan pihaknya akan mengirimkan sebagian alumina SGAR ke PT Inalum untuk diubah menjadi aluminium. Sementara itu, ada pula yang diekspor ke beberapa negara antara lain Eropa dan China.
“Dengan dibangunnya smelter alumina ini kita berharap alumina ini diserap 100% oleh PT Inalum, tapi sedikit demi sedikit Inalum kita kirim 50% dan sisanya 50% kita kirim ke luar negeri, “ucap Leonard. .
Wadah alumunium RI
Sedangkan kebutuhan aluminium di Indonesia sendiri tercatat sebesar 1,2 juta per tahun. Leonard mengatakan pengembangan SGAR yang dilakukannya dapat membantu menambah produksi aluminium dalam negeri.
“Seperti yang kita ketahui sekarang dari apa yang disampaikan Presiden Jokowi, kebutuhan aluminium di Indonesia adalah 1,2 juta ton aluminium per tahun. Jadi kita membutuhkan alumina untuk mendapatkan aluminium tersebut,” kata Leonard.
Dengan cara ini, lanjutnya, timnya bersama Antam dan Inalum menciptakan ekosistem hilir yang utuh, mulai dari hulu hingga hilir dalam produksi bauksit hingga aluminium.
“Jadi ini rencana divestasi menyeluruh yang awalnya Antam dimiliki sebagai pemilik tambang bauksit, kemudian Antam melakukan joint venture dengan Inalum sebagai terminal atau mengekstraksi alumina untuk dijadikan aluminium. dia menyimpulkan. (pgr/pgr) Simak video di bawah ini: Video: Proyek Hilirisasi Bauksit-Aluminium Terintegrasi Pertama RI Artikel Berikutnya Artikel Selanjutnya Misi Besar Ketua MIND ID: RI Hentikan Impor Aluminium