Jakarta, ILLINI NEWS – Pergerakan rupiah berpotensi stabil terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring meredanya kekhawatiran geopolitik yang diikuti dengan sikap wait and see pasar terhadap data AS.
Sebelumnya, kemarin Senin (28/10/2024) menurut data Refinitiv, rupee ditutup pada Rp 15.720/US$, melemah 0,54% dalam sehari.
Sepanjang hari, rupee berfluktuasi antara Rp 15.735/US$ dan Rp 15.660/US$. Pelemahan rupee kali ini merupakan yang terdalam sejak terakhir terjadi pada 13 Agustus 2024 di Rp 15.830/US$.
Pelemahan rupee kemarin diduga karena sentimen di Timur Tengah menyusul serangkaian serangan udara militer Israel ke Iran pada Sabtu pagi (26/10/2024).
Namun, ia mencatat bahwa serangan Israel tidak mengenai fasilitas minyak dan nuklir, sehingga tidak mengganggu pasokan energi.
Sebaliknya, harga minyak kemarin turun. Kontrak berjangka Brent ditutup pada US$71,42 per barel, turun 6,09%. Sementara itu, minyak mentah berjangka WTI AS berakhir pada $67,38 per barel, turun 6,13%.
Kondisi ini menguntungkan pasar karena menghilangkan ketakutan akan tingginya inflasi akibat kenaikan harga minyak mentah saat perang.
Di sisi lain, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya di OPEC+ tetap tidak mengubah kebijakan produksi minyak bulan lalu, termasuk rencana untuk mulai meningkatkan produksi mulai bulan Desember. Kelompok ini akan bertemu pada 1 Desember, sebelum pertemuan penuh OPEC+
Sementara itu, pelaku pasar juga mencermati rilis data dari Amerika Serikat. Biro Statistik Tenaga Kerja AS akan merilis data lowongan pekerjaan malam ini. Sebelumnya, pada periode Agustus 2024, jumlah lowongan bertambah 329 ribu menjadi 8,04 juta.
Jumlah lowongan pekerjaan meningkat di bidang konstruksi (+138 ribu) dan di pemerintahan negara bagian dan lokal, tidak termasuk pendidikan (+78 ribu). Namun, lowongan menurun di sektor jasa lainnya (-93 ribu).
Sementara itu, proyeksi konsensus memperkirakan akan terjadi penurunan jumlah lowongan pekerjaan sekitar 7,92 juta, dilatarbelakangi data ketenagakerjaan AS yang terlihat sedikit membaik.
Selain itu, pada hari yang sama, Indeks Keyakinan Konsumen dan konsensus Conference Board (CB) tampaknya memperkirakan peningkatan dari 98,7 menjadi 98,8.
Sebagai catatan, indeks ini mengukur tingkat kepercayaan konsumen terhadap aktivitas perekonomian. Ini merupakan indikator utama karena dapat memprediksi belanja konsumen yang berperan penting dalam aktivitas perekonomian global. Angka yang lebih tinggi menunjukkan optimisme konsumen yang lebih besar.
Data ini penting untuk mempertimbangkan arah kebijakan suku bunga The Fed. Bank sentral AS diperkirakan masih akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali pada sisa pertemuan tahun ini.
Rupee teknis
Tren rupee terhadap dolar AS secara 1 jam diperkirakan melemah. Namun saat ini posisinya berada pada resistance yang menunjukkan potensi pelemahan mulai berkurang.
Jika harga mampu berbalik arah menuju resistance, ada potensi penguatan setidaknya di garis support MA20, tepatnya di Rp 15.680/US$. Sedangkan resistance selanjutnya yang patut diantisipasi adalah Rp 15.820/US$ yang terdapat pada gap lama yang terbentuk pada 14 Agustus 2024.
RISET ILLINI NEWS (tsn/tsn) Tonton video di bawah ini: Video:Trump Menang dan Keputusan Fed: Rupiah Kuat atau Menurun? Artikel Berikutnya Masih ‘Sulit’ Melawan Dolar AS, Kapan Rupee Jatuh di Bawah Rp 15.500/USD?