Jakarta, ILLINI NEWS – Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) bersama BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan pertemuan meja bundar para ahli se-Asia tentang perlindungan pengangguran. Forum internasional yang dihadiri oleh 15 negara Asia ini bertujuan untuk membahas praktik terbaik dalam penerapan program perlindungan pengangguran di masing-masing negara.
Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste, Simrin Singh, mengatakan sistem perlindungan pengangguran ini telah terbukti menjadi alat penting untuk mencegah kemiskinan, membangun ketahanan dan stabilitas ekonomi dan sosial yang kuat di saat krisis. Program perlindungan pengangguran juga dipandang mampu memberikan dukungan kepada pekerja yang terkena dampak buruk inovasi teknologi dan perubahan iklim.
Simrin menjelaskan bahwa selama dua dekade terakhir, semakin banyak negara Asia yang memperkenalkan program perlindungan pengangguran dan meningkatkan hubungan antara layanan ketenagakerjaan dan pelatihan kejuruan.
“Ini merupakan upaya bersama yang luar biasa bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan. Ini merupakan topik penting bagi kawasan Asia-Pasifik. Jadi tidak hanya bagi Indonesia. Sistem perlindungan sosial melindungi kelompok yang paling rentan dan kita tahu bahwa kita telah mengalami suatu masa” Ini cukup sulit di masa COVID-19, dimana banyak pekerja yang sebelumnya memiliki pekerjaan menjadi rentan karena kehilangan pekerjaan,” kata Simrin melalui keterangan tertulis, Rabu (9 Oktober 2024).
ILO mencatat bahwa terdapat tren peningkatan dalam jaminan sosial ketenagakerjaan bagi korban PHK di kawasan Asia, dengan cakupan meningkat dari 9% menjadi 13% pada tahun 2023.
Sementara di Indonesia, pemerintah telah meluncurkan program perlindungan pengangguran melalui Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan mulai tahun 2021. Program ini merupakan salah satu amanah konstitusi berdasarkan UU Cipta Kerja.
Sesuai dengan semangat ILO, pemerintah menginginkan program PUC dapat mempertahankan standar hidup yang layak ketika pekerja kehilangan pekerjaan. Sehingga pekerja pasca PHK tetap dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak sekaligus berusaha mendapatkan pekerjaan kembali.
Sementara itu, Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo berharap forum tersebut dapat memberikan berbagai rekomendasi untuk meningkatkan kualitas program PUK.
“Suatu kehormatan bagi Indonesia khususnya BPJS Ketenagakerjaan menjadi tuan rumah forum internasional ini. Kami puas dengan forum ini karena bisa berbincang dan bertukar pengalaman dengan negara lain di bidang pengelolaan PUC,” kata Anggoro.
“Kegiatan ini juga merupakan bagian dari rangkaian menjelang Social Security Summit yang akan kita selenggarakan pada November tahun depan,” imbuhnya.
Lebih lanjut Anggoro menyatakan, tren kebutuhan PUC semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini tidak lepas dari kondisi perekonomian global yang penuh tantangan dan ketidakpastian.
Selain itu, saat ini Indonesia sedang menghadapi permasalahan penurunan kelas menengah yang menjadi salah satu tantangan dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Ia menegaskan, penguatan jaminan sosial bagi pekerja, khususnya kelas menengah, merupakan salah satu upaya untuk membatasi dampak dan kecepatan situasi ini dan harus menjadi tugas bersama semua pihak.
Sejak pembayaran manfaat PUC dimulai pada tahun 2022, BPJS Ketenagakerjaan telah membayarkan manfaat PUC kepada lebih dari 100 ribu pekerja yang terkena PHK dengan total nominal Rp675 miliar hingga 31 Agustus 2024.
Departemen Sumber Daya Manusia mencatat pada Agustus lalu bahwa 80% pekerja yang diberhentikan hingga tahun 2024 akan menerima tunjangan PUC. Anggoro menyadari masih terdapat selisih 20% karena tidak semua pekerja berhak menjadi peserta PUC atau menerima manfaat PUC.
Anggoro menyerukan peningkatan kerja sama untuk memperkuat ekosistem jaminan sosial, khususnya di kawasan Asia. Sehingga terkoneksi dan komprehensif bagi seluruh pekerja.
“Kami berharap berbagai pengalaman dan solusi yang dibahas dalam forum ini dapat memberikan inspirasi untuk meningkatkan kualitas jaminan sosial di masing-masing negara. Sehingga perlindungan dan kesejahteraan pekerja dapat kita wujudkan dalam skala global,” tutup Anggoro.
(hura/hura) Tonton video di bawah ini: Video: Pekerja rentan jatuh miskin sebelum China dan Kanada menjadi gila Artikel selanjutnya Social Fest menjadi proyek P5 Pameran Jaminan Sosial