JAKARTA, ILLINI NEWS – Daun pisang menjadi salah satu produk terlaris di Amerika Serikat. Namun kemenangan Donald Trump menimbulkan pertanyaan mengenai nasib ekspor pertanian, karena salah satu agendanya adalah menaikkan tarif impor.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor daun pisang ke Amerika pada tahun 2024 mencapai 93,8 ribu dolar atau Rp 1,47 (kurs = Rp 15.700/US$) miliar.
Daun pisang, produk alami yang sudah lama digunakan dalam budaya Asia Tenggara dan sering dianggap sederhana, telah menarik perhatian pasar internasional, dengan harga berkisar antara US$3,50 hingga US$5,00 per batang atau sekitar Rp78.000 atau sekitar Rp80.000 per batang. .
Popularitas daun pisang menunjukkan minat konsumen terhadap produk ramah lingkungan dan alami. Permintaan ini didorong oleh kebutuhan akan alternatif yang berkelanjutan, terutama untuk tujuan kuliner dan dekorasi.
Di beberapa negara, daun pisang digunakan sebagai bahan kemasan masakan tradisional seperti tamale di Meksiko, poisson kru di Polinesia, dan nasi liwet di Indonesia.
Daun ini juga semakin populer sebagai elemen dekorasi alami untuk acara bertema tropis. Khususnya di Amerika Serikat dan Inggris, daun pisang digunakan dalam dekorasi pernikahan dan restoran karena tampilannya yang eksotis dan ramah lingkungan.
Kemenangan Trump pada pemilu AS diharapkan tidak mengganggu ekspor pertanian Indonesia ke AS.
Kebijakan ekonomi Trump lebih menekankan pada perbaikan perekonomian domestik AS. Dengan demikian, warga Amerika diharapkan akan mengalami kesejahteraan ekonomi yang pada akhirnya diharapkan akan mempengaruhi konsumsi masyarakat. Permintaan barang luar negeri diperkirakan akan meningkat seiring membaiknya perekonomian AS, yang diketahui dapat melindungi perekonomian dalam negeri, seiring dengan berkurangnya impor. Namun sejauh ini belum ada laporan Trump ingin menaikkan tarif produk Indonesia, khususnya produk pertanian. Terlebih lagi, ekspor pertanian RI ke AS tidak menimbulkan ancaman bagi petani Amerika.
Ekspor Indonesia ke AS meningkat sebesar 15,3% pada masa pemerintahan Trump, dari $16,14 miliar pada tahun 2016 menjadi $18,62 miliar pada akhir tahun 2020. Peningkatan ini lebih tinggi dibandingkan empat tahun sebelumnya di bawah pemerintahan Barack Obama yang hanya meningkat sebesar 8,52%.
Riset ILLINI NEWS
(kasta/etnis)