illini news Penuh Tantangan, Segini Produksi Padi dan Luas Lahan di Era Jokowi

Jakarta, ILLINI NEWS – Dalam suasana persawahan di bawah langit nusantara, padi tumbuh dan berbuah menjadi simbol kemakmuran bangsa. Namun di balik bangunan hijau tersebut, sektor pertanian Indonesia harus menghadapi kekuatan dan tantangan tersembunyi, terutama pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Mencermati data produksi padi dari tahun ke tahun, nampaknya terdapat perubahan luas lahan dan tingkat produksi yang patut mendapat perhatian.

Memasuki tahun 2024, menurut Badan Pusat Statistik, luas panen padi diperkirakan berkurang menjadi 10,05 juta hektar, turun 167,25 ribu hektar atau 1,64 persen dari tahun lalu yang mencapai 10,21 juta hektar. Penurunan ini mencerminkan berbagai tantangan pengelolaan lahan, mulai dari perubahan iklim, konversi lahan menjadi kawasan non-pertanian, hingga pengelolaan lahan yang masih terus dievaluasi. Di sisi lain, penurunan ini bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, pada tahun 2023, luas lahan yang dipanen juga mengalami penurunan dibandingkan tahun 2022 yang tercatat sebesar 10,61 juta hektar.

Sementara dari sisi produksi, beras diperkirakan mampu menghasilkan 52,66 juta ton giling kering (GKG) pada tahun 2024. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 1,32 juta GKG ton atau 2,45 persen dari tahun 2023 yang mencapai 53,98 juta GKG ton. Penurunan ini mencerminkan tantangan dalam mempertahankan produktivitas di dunia yang terbatas. Hal ini juga menunjukkan bagaimana produksi beras nasional cenderung berfluktuasi mengikuti perubahan iklim dan faktor eksternal lainnya yang sulit diprediksi.

Namun, resesi tidak selalu menjadi isu utama. Pada tahun 2022, produksi beras mencapai 55,67 juta ton GKG, meningkat 2,31 persen dari tahun 2021 sebesar 54,42 juta ton GKG. Pertumbuhan ini mencerminkan keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan iklim yang lebih baik dan upaya penguatan di sektor pertanian. Sayangnya, pertumbuhan tersebut tidak berlanjut pada tahun-tahun berikutnya, yang menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang menghambat keberlangsungan produksi.

Ke depan, produksi beras yang menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia juga menunjukkan penurunan pada tahun 2024. Produksi beras konsumsi diperkirakan mencapai 30,34 juta ton, turun 757,13 ribu ton. atau 2,43 persen dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 31,10 juta ton. Penurunan tersebut menjadi pertanda penting bagi pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan dalam negeri, mengingat beras merupakan makanan pokok terpenting bagi kebutuhan masyarakat.

Selama bertahun-tahun, produksi beras menunjukkan statistik yang menggembirakan. Pada tahun 2022, produksi beras mencapai 32,07 juta ton, meningkat 718,03 ribu ton atau 2,29 persen dari tahun 2021. Peningkatan tersebut dibarengi dengan peningkatan luas panen yang mencapai 10,61 juta hektar pada tahun 2022, yang menunjukkan adanya korelasi antara luas lahan dengan hasil yang diperoleh. Namun, praktik ini tampaknya akan menghadapi tantangan di tahun-tahun mendatang, seiring dengan penurunan luas lahan dan tingkat produktivitas.

Pada tahun 2023, produksi padi tercatat sebesar 52,85 kuintal per hektar, dari 52,38 kuintal per hektar pada tahun 2022. Meski terjadi peningkatan produksi, namun sayangnya hal tersebut belum mampu mengimbangi penurunan total produksi beras. masih menunjukkan tren penurunan. Hal ini menunjukkan pentingnya inovasi pada sektor pertanian untuk meningkatkan produktivitas lahan yang ada, meskipun lahannya terbatas.

Secara keseluruhan, perkembangan luas lahan dan produksi padi pada masa kepemimpinan Jokowi menunjukkan bagaimana sektor pertanian Indonesia terus menghadapi tantangan yang kompleks. Dalam beberapa tahun terakhir, peningkatan produktivitas terkadang belum cukup untuk membalikkan penurunan luas wilayah, sementara faktor iklim dan kebijakan pengelolaan lahan tetap menjadi variabel penting. Tantangan ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah untuk memastikan ketahanan pangan Indonesia tetap terjaga di tengah perubahan yang tidak dapat dihindari.

Namun, masih ada harapan untuk tahun-tahun mendatang. Dengan komitmen yang kuat terhadap pembangunan infrastruktur pertanian, penggunaan teknologi, dan strategi kebijakan yang fleksibel, kecil kemungkinan Indonesia dapat kembali meningkatkan produksi berasnya. Meski data tahun 2024 menunjukkan penurunan, namun dengan kerja sama pemerintah, petani, dan swasta, masa depan beras Indonesia masih bisa dipanen dengan penuh harapan. Riset ILLINI NEWS (emb/emb) Simak video di bawah ini: Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tak Bisa Ditawar!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *