Jakarta, ILLINI NEWS Indonesia- Banyak komoditas pangan di dunia yang meningkat signifikan dibandingkan tahun lalu (YoY/Yo). Bukan hanya soal utang, namun dampak ekonomi dan sosial dari peningkatan ini juga dirasakan oleh masyarakat internasional.
Dengan pertumbuhan yang sehat sebesar 131,02% YoY, kakao menjadi pemenang dalam daftar ini. Masalah cuaca buruk seperti hujan berkepanjangan di Pantai Gading dan Ghana, yang menyumbang lebih dari 60% produksi kelapa dunia, mengurangi hasil panen sebesar 30%.
Permintaan coklat terutama di Eropa dan Amerika Utara membuat tren ini semakin kuat. Produksi yang lambat memenuhi konsumsi global sebesar 7,5 juta ton per tahun, sehingga mendorong kenaikan harga.
Kopi berada di posisi kedua dengan peningkatan 69,19% year-on-year. Menurut USDA, dampak El Niño mengurangi produksi di Brazil, produsen kopi terbesar di dunia, sebesar 15%. Di sisi lain, permintaan dari Asia, khususnya China dan India, mengalami peningkatan.
ILLINI NEWS melaporkan konsumsi kopi di Asia meningkat sebesar 4% per tahun sehingga mendorong ketegangan antara pasokan dan permintaan. Data USDA menunjukkan konsumsi kopi global telah mencapai 10 juta ton per tahun, menjadikan harga kopi sebagai salah satu pasar komoditas yang paling banyak diawasi.
Jus jeruk mencatat peningkatan sebesar 49,42% dari tahun ke tahun ketika badai hebat merusak kebun jeruk di Florida, AS. Produksi jeruk di negara bagian ini mengalami penurunan sebesar 40%. Pada saat yang sama, harga minyak bunga matahari naik 53,13% YoY akibat konflik di Ukraina, pemasok utama minyak ini. Menurut USDA, ekspor minyak bunga matahari dari Ukraina menurun sebesar 60%, karena tekanan di pasar internasional untuk mencari alternatif yang lebih mahal.
Minyak kelapa sawit naik 23,7% dibandingkan tahun lalu, didorong oleh peningkatan permintaan sebagai pengganti minyak bunga matahari. Indonesia dan Malaysia, yang menyumbang 85% produksi global, mengalami kenaikan biaya produksi karena tingginya biaya energi dan tenaga kerja. Di sisi lain, mentega naik sebesar 28,3% year-on-year karena kenaikan biaya pakan ternak yang mencapai 25% sepanjang tahun.
Produk susu seperti keju dan susu masing-masing naik sebesar 20,6% dan 16,09%. Permintaan dari Eropa dan Amerika meningkat karena perubahan pola makan pasca pandemi. Di Selandia Baru, konsumen produk susu terbesar di dunia, pemutusan hubungan kerja dan kenaikan harga energi memberikan tekanan pada produksi dan mempengaruhi harga global.
Harga teh dan kanola meningkat sebesar 15,39% dan 20,42% year-on-year. Menurut USDA, meningkatnya biaya distribusi merupakan kekhawatiran utama, terutama di negara-negara seperti India dan Kenya untuk teh dan Kanada untuk kanola. Pasar-pasar ini juga menghadapi tantangan perubahan iklim yang mengancam hasil panen.
Kenaikan harga pangan ini merupakan pengingat akan pentingnya kerja sama global untuk mengatasi tantangan rantai pasokan. investasi dalam teknologi pertanian, diversifikasi sumber pangan dan perjanjian perdagangan multilateral dapat diatasi dalam jangka panjang. Dengan bekerja sama, dunia dapat menjaga keterjangkauan dan ketahanan pangan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Riset ILLINI NEWS
(menyematkan/menyematkan)