Jakarta, ILLINI NEWS – Tidak semua orang bisa memilih di mana mereka dilahirkan. Jika memungkinkan, mereka ingin dilahirkan di keluarga yang sangat kaya.
Dengan kekayaan, Anda dapat dengan mudah mengakses segala bidang kehidupan. Namun cerita berbeda terjadi pada putra Oei Hui Lan, orang terkaya di masa kolonial Indonesia.
Oei Hui Lan berkata, lebih baik terlahir di keluarga kaya. Oei Hui Lan terlahir dalam keluarga miskin dan ingin memutar balik waktu. Karena terbukti kekayaan membuat hidup sengsara.
Cerita apa?
Pada tahun 1900an di Indonesia ada seorang yang sangat kaya bernama Oei Tiong Ham. Ia kaya dari industri gula yang menguasai pasar dunia.
Tertulis ada 26 anak. Salah satunya adalah perempuan bernama Oei Hui Lan yang telah menikah secara sah.
Oei Hui Lan yang merupakan anak orang terkaya dinilai banyak orang sangat baik. Dalam otobiografinya, No Holiday Lasts Forever (1975), ia bercerita bahwa ia sejak kecil tinggal di lahan seluas 80 hektar di Semarang.
Ini memiliki kolam renang, Ini termasuk rumah-rumah mewah dan kebun binatang. Puluhan asisten dan juru masak selalu siap membantunya.
Tidak hanya itu, dia juga bisa meminta ayahnya untuk mengajaknya berlibur keliling dunia. Namun, Oei Hui Lan nampaknya tak berbahagia di tengah pusaran kekayaan.
Diakuinya, kekayaan memang membuatnya kesepian. Pertama, karena dia homeschooling, dia tidak punya teman dekat.
Selain itu, kesenjangan kelas sosial dengan teman-temannya pun terlalu jauh. Aku tidak ingin orang lain berteman dengan Oei.
Kedekatan dengan orang tua juga kurang. Ketika dia masih muda, dia diberitahu bahwa orang tuanya tidak mempedulikannya.
Ayahnya sibuk dalam bisnis dan ibunya sibuk dalam kehidupan sosial. Mereka berdua mengira kekayaan akan membawa kebahagiaan bagi anak-anaknya, namun kenyataannya tidak demikian.
Sebagai solusinya, Oei Hui Lan gemar berteman dengan binatang untuk mengatasi rasa kesepiannya. Jadi orang tuanya memarahinya karena bodoh dan gila.
“Meskipun aku merasa kesepian,” kata Oei Hui Lan membela diri.
Ketika Oei tumbuh dewasa, ia menghadapi pernikahan kembali ayahnya untuk membesarkan seorang putra. Pada titik ini, dia menyadari bahwa ayahnya tidak berharap banyak darinya.
Jadi dia sangat sedih dan pergi ke London bersama ibunya. Wanita kelahiran London tahun 1889 ini menikah dengan dua pria berturut-turut.
Pertama, dia menjadi dokter dan putus. Kemudian dia menikah dengan seorang diplomat Tiongkok.
Pernikahan terakhir ini kemudian memberinya kehormatan menjadi Ibu Negara Republik Rakyat Tiongkok dari tahun 1926 hingga 1927. Namun pernikahan tersebut tidak akan membahagiakan karena berakhir dengan perceraian.
Oleh karena itu, Oei adalah ayahnya, ibu Dia harus hidup sendiri tanpa saudara dan suaminya. Tidak semua kekayaan bisa mendatangkan kebahagiaan.
“Kebahagiaan yang saya dapatkan dalam hidup ini hanya sekejap saja. Melihat orang yang saya cintai pergi satu per satu, permata yang saya miliki bisa menghibur saya, mereka tidak bisa membawa saya kembali,” kenang Oei.
Berdasarkan hal tersebut, usia Oei Hui Lan diselimuti kesepian dan penyesalan. Kekayaan dalam hidupnya terbukti membawa Oei hidup bahagia.
Padahal, itu kecelakaan karena uang. Ia menjadi korban perampokan dan bermusuhan dengan keluarganya karena harta orang tuanya.
Jalan hidup tragisnya membuat perempuan asal Semarang ini ingin kembali ke masa lalu dan hidup dalam kemiskinan. Namun, seiring kekayaan Oei yang terus bertambah hingga kematiannya di New York pada tahun 1992 pada usia 103 tahun, keinginannya untuk hidup dalam kemiskinan tidak terpenuhi. (mfa/sef) Simak video berikut ini: Video: Prospek Bisnis Perawatan Rambut Lokal Berita Global Artikel Berikutnya Orang Terkaya RI Dicuri; Kursi berlapis emasnya hilang.