berita aktual Kisah Kolam Renang Pertama di RI, Larang Orang Miskin Masuk

Jakarta, ILLINI NEWS – Kolam renang menjadi salah satu tempat yang paling digemari wisatawan saat berlibur. Biasanya kolam renang akan dipenuhi pengunjung yang sebagian besar adalah anak-anak yang datang bersama keluarganya.

Namun belum banyak yang mengetahui apa saja kolam renang pertama di Indonesia dan jalan gelap yang pernah menghalangi orang miskin untuk masuk. Masyarakat miskin tidak diperkenankan masuk 

Kolam renang pertama yang disebutkan di Indonesia adalah Kolam Renang Cihampela. Kolam renang ini didirikan pada tahun 1917 oleh pemilik Hotel Savoy Homann yang sangat kaya di Bandung, August Heinrich Homann. Dahulu kolam renang ini merupakan kolam ikan yang sudah ada pada tahun 1904. Namun karena kebutuhan praktis dan pelayanan tamu hotel, kolam ikan tersebut akhirnya diubah menjadi kolam renang.

Saat itu kolam renang Chihampela memang besar dan indah serta berstandar internasional. Banyak tamu hotel dan pendatang baru yang berenang di sana.

Karena selalu ramai dikunjungi wisatawan, pada awal tahun 1936 kolam renang Chihampela ditutup sementara untuk perbaikan. Surat kabar Indische Courant (22 Mei 1936) menyebutkan tujuan penutupan kolam renang tersebut adalah untuk memperluas kolam renang tersebut menjadi tiga kolam kelas dunia.

Setelah dibuka kembali pada Mei 1936, kolam renang ini segera digunakan untuk berbagai acara. Seringkali ini adalah kompetisi renang.

Surat kabar harian Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie (31 Oktober 1936) menulis bahwa perlombaan renang seluruh Hindia Belanda berlangsung di kolam renang Chihampel. Perenang dari berbagai negara bagian berkumpul di sana untuk memenangkan hadiah.

Di sisi lain, kemeriahan tempat sebagai kolam renang pertama di Indonesia ini hanya diperuntukkan bagi orang Eropa, Belanda, atau mereka yang punya uang. Penduduk asli yang miskin tidak diperbolehkan memasuki area tersebut dan berenang. Hal itu terungkap berdasarkan keterangan Jaksa Agung Soegih Arto dalam memoarnya yang berjudul Sanul Daca: Letjen. pengalaman pribadi. gen. (Purn.) Soegih Arto (1989).

Menurut Soegich, pada tahun 1940, ketika masih muda dan bersekolah, ia kesulitan mencari kolam renang untuk belajar berenang. Pasalnya hanya orang Eropa dan Belanda yang diperbolehkan mengunjungi kolam renang di Bandung dan Indonesia.

“Ternyata tidak mungkin di kolam renang karena tertulis ‘VERBODEN VOOR HONDEN EN INLANDERS’ dengan huruf besar,” tulis Soegich.

Sebagai gagasan dalam bahasa Indonesia, kata “Verboden voor honden en inlanders” berarti “Anjing dan penduduk asli dilarang masuk”. Artinya, penduduk asli yang disebut masyarakat pedalaman diibaratkan anjing, hewan yang sejak lama dianggap najis.

Artikel ini juga mengungkapkan bahwa status penduduk Indonesia sebagai pekerja rumah tangga lebih rendah dibandingkan penduduk Eropa, Belanda, Arab, dan Tiongkok. Namun aturan tersebut kemudian diubah setelah banyak anggota Volksraad (DPR Hindia Belanda) yang protes.

Alhasil, kolam renang Chihampela tidak hanya diperuntukkan bagi orang Eropa atau Belanda saja, namun juga diperuntukkan bagi masyarakat miskin setempat. Setelah kemerdekaan, kolam renang tersebut masih tetap eksis dan hanya berpindah tangan. Kolam renang masih menjadi pusat aktivitas warga, tentunya kini diterima oleh penduduk asli.

Namun jejak kolam renang pertama di Indonesia sudah tidak ada lagi. Pada tahun 2009, kolam renang bersejarah ini dibongkar untuk dijadikan hotel. (mfa/mfa) Saksikan video di bawah ini: Video: Lirik Perawatan Rambut Lokal Business Outlook Goes Global

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *