Jakarta, ILLINI NEWS. Peristiwa penting di era pemerintahan Jokowi adalah berdirinya bank syariah besar di Indonesia. Hal ini tidak hanya meningkatkan pangsa pasar bank syariah di dalam negeri, namun juga mengharumkan nama bank syariah negara tersebut hingga mendunia.
Seperti diketahui, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) terus berkembang pesat sejak didirikan melalui penggabungan Unit Usaha Syariah (UUS) tiga bank pelat merah tiga tahun lalu.
Bisa dikatakan, jauh sebelum berdirinya BSI, industri keuangan syariah perlahan-lahan mengalami perkembangan. Pangsa pasar bank syariah tetap tidak berubah di kisaran 5%.
Sebenarnya bank syariah bisa dikatakan sudah ada di Indonesia sejak lama. Mengutip laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), inisiatif pendirian bank syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1980 ketika terjadi diskusi mengenai isu bank syariah sebagai pilar ekonomi syariah.
Kemudian, lahirnya undang-undang perbankan syariah turut menambah jumlah bank umum syariah dari 5 perusahaan menjadi 11 dalam waktu kurang dari dua tahun atau 2009-2010. Namun hal tersebut jelas gagal meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia.
Terakhir pada bulan Oktober 2020, PT Bank Syariah Mandiri, PT BRI Syariah dan PT BNI Syariah menandatangani Perjanjian Penggabungan Bersyarat (CMA). Ini adalah bagian awal dari proses fusi.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kemudian mengeluarkan persetujuan resmi penggabungan ketiga bank syariah tersebut pada 27 Januari 2021 melalui surat nomor SR-3/PB.1/2021.
Saat ini 51,47% saham BSI dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk masing-masing memiliki 23,24% dan 15,38%. Jadi pemerintah Indonesia punya stok dua warna.
Direktur Utama BSI Gary Gunardi mengatakan selama tiga tahun berdiri, BSI berhasil menjaga perkembangan bisnis yang sehat dan berkualitas. Alhamdulillah di awal tahun ketiga ini BSI berhasil mempertahankan pertumbuhan indikator keuangan dan bisnis yang stabil dan berkualitas, kata CEO BSI Gary Gunardi kepada ILLINI NEWS, Rabu (10/02/2024).
Dijelaskannya, BSI tumbuh rata-rata dua digit di berbagai indikator keuangan di tengah kondisi makroekonomi yang cukup menantang. Misalnya saja dari sisi aset, BSI tumbuh sebesar 15,05% year-on-year (YoY) menjadi Rp 360,85 triliun pada Juni 2024. Besaran tersebut menjadikannya bank syariah terbesar dan bank terbesar keenam di Indonesia, serta di peringkat kedua. bank menengah utama berdasarkan ukuran bank.
Kemunculan BSI dalam tiga tahun terakhir juga meningkatkan pangsa pasar bank syariah di Indonesia. Per Juni 2024, pembiayaan bank syariah tumbuh sebesar 15,09% year-on-year, dengan pangsa pasar di atas 7%.
Pada periode yang sama, BSI mencatatkan pertumbuhan pendanaan lebih tinggi dibandingkan industri, yakni 15,99% year-on-year menjadi Rp 257,39 triliun. Hal ini juga mendorong pertumbuhan laba bersih sebesar 20,51% year-on-year menjadi Rp 3,4 triliun.
Gary memperkirakan pendanaan BSI akan tumbuh 13% hingga 15% pada tahun ini, didorong oleh segmen konsumer, ritel, dan pembiayaan syariah untuk segmen UKM.
“Fokus kami pada pembiayaan syariah untuk sektor-sektor ini memungkinkan kami memanfaatkan potensi pertumbuhan yang ada di tengah meningkatnya kesadaran dan permintaan masyarakat terhadap layanan keuangan syariah,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, BSI juga akan terus memperluas produk-produk kelas atas seperti pembayaran emas, pegadaian, dan layanan digital yang terus mendapat respon positif dari nasabah.
Tak hanya jago di dalam negeri, BSI menjadi bank syariah pertama Indonesia yang go global. Penantian tersebut merupakan penantian yang cukup lama, mengingat Indonesia telah lama menyandang status sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di Indonesia.
Di kancah global, per September 2024, BSI menduduki peringkat kesembilan bank syariah dengan kapitalisasi pasar terbesar. BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia mencapai kapitalisasi pasar sebesar $9,15 miliar, tertinggal dari Dubai Islamic Bank yang menduduki peringkat ke-8 dengan kapitalisasi pasar masing-masing sebesar $12,42 miliar.
Kuatnya kinerja tersebut juga tercermin dari naiknya saham BSI yang saat ini masuk dalam 5 besar Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/anak perusahaan BUMN dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia setidaknya hingga September 2024. Kapitalisasi pasar BSI bank penerbit, dengan sandi BRIS, mencapai 138 triliun rupiah, dengan pertumbuhan harga saham tahunan lebih dari 70%.
BSI juga masih berupaya melebarkan sayapnya ke luar negeri. Bank syariah ini sudah memiliki cabang luar negeri (KCLN) di Dubai yaitu cabang BSI Middle East DIFC yang beroperasi sejak Agustus 2023. KCLN menjadi satu-satunya dari Indonesia yang berada di sana.
Peneliti Ekonomi Syariah Indef Fauziah Rizki Yuniarti mengatakan, peluang pertumbuhan BSI masih cukup besar. Penggabungan tiga bank anak perusahaan BUMN menjadikan modal dan aset BSI paling besar dibandingkan bank syariah lainnya. Dengan demikian, BSI akan memimpin pertumbuhan industri perbankan syariah di tanah air.
“Ekuitas adalah bahan bakar bagi bank, jadi jika Anda tidak mempunyai cukup bahan bakar, mobil tidak akan bisa melaju jauh,” katanya.
Dengan modal yang besar, BSI mampu menangkap ceruk pasar potensial di negara mayoritas penduduknya beragama Islam ini. Menurutnya, realitas dan potensi industri perbankan syariah masih menyisakan kesenjangan yang cukup besar yang bisa diisi oleh BSI. (mkh/mkh) Simak video di bawah ini: Video: Perang masih membayangi, IHSG dan Rupiah mampu menguat? Artikel selanjutnya BSI ingin menjadi lokomotif ekosistem industri Halal