Jakarta, ILLINI NEWS – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tipis pada akhir perdagangan II tahun 2025 atau perdagangan Jumat (3/1/2025), di tengah ekspektasi pasar akan terjadinya fenomena January effect pada awal Januari. 2025. setelah Reli Santa Claus yang baru akan diadakan pada bulan Desember 2024.
IHSG ditutup menguat tipis 0,02% pada 7.164,43. IHSG masih berada di level psikologis 7.100, setelah mendekati level psikologis 7.200 pada awal sesi I saat ini.
Nilai transaksi indeks hari ini mencapai sekitar Rp 7,7 triliun, termasuk 19,1 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 994.418 kali. Sebanyak 254 saham menguat, 336 saham melemah, dan 206 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor teknologi menjadi penghambat utama koreksi IHSG hingga mencapai 2,05%. Namun sektor konsumsi non primer menjadi sektor yang memberikan tekanan paling besar terhadap IHSG hingga mencapai 0,76%.
Sementara dari sisi saham, penerbit teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan konglomerat pemancar energi terbarukan (EBT) Prajogo Pangestu, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), mendukung IHSG dengan 16, 1, dan 7,6. indeks poin masing-masing.
Namun emiten konglomerat Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan emiten perbankan raksasa PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) memberikan tekanan pada IHSG hingga masing-masing mencapai 12,1 dan 8,8 poin indeks.
IHSG ditutup menguat tipis di tengah ekspektasi pasar bahwa fenomena January Effect akan terjadi pada awal Januari 2025 setelah Santa Claus Rally yang tidak terjadi pada Desember 2024.
Faktanya, fenomena January Effect masih berkaitan dengan jendela perubahan yang terjadi dari bulan Desember tahun sebelumnya hingga pertengahan Januari tahun berikutnya.
Namun karena IHSG cenderung stabil pada Desember 2024, pasar memperkirakan IHSG akan lebih bergairah di awal Januari tahun ini.
Di sisi lain, pasar juga terus mempertimbangkan dampak pemulihan aktivitas manufaktur Indonesia dan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) barang dan jasa mewah sebesar 12%.
Data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Kamis (1/2/2025) menunjukkan PMI Manufaktur Indonesia berada di angka 51,2 pada Desember 2024. Angka tersebut menegaskan bahwa PMI Indonesia kembali berada pada jalur ekspansi pasca kontraksi. selama lima bulan. . Angka PMI ini juga merupakan yang tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Seperti diketahui, PMI manufaktur Indonesia mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut yakni Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), Oktober (49,2) dan November 2024 (49,6).
Selain itu, kenaikan tarif PPN sebesar 12% yang hanya berlaku pada barang dan jasa mewah juga turut menopang IHSG kemarin.
Golongan barang mewah yang dimaksud tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 15 Tahun 2023. Selain barang yang tercantum dalam PMK Nomor 15 Tahun 2025, PPN yang berlaku tetap sebesar 11% dengan mengacu pada ketentuan dari 2021.
Uraian mengenai jenis barang kebutuhan pokok dan barang penting (Bapokting) diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2020 (Perpres 71 Tahun 2015) tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.
Jenis barang Bapokting sebagian besar telah diberikan fasilitas PPN, sehingga perlu adanya perluasan fasilitas bagi yang masih terutang PPN.
Investigasi ILLINI NEWS
[email protected] (chd/chd) Simak videonya di bawah ini: Video: Banyak Saham-Saham Konglomerat yang Diminati, Awas, Rawan Longsor! artikel selanjutnya Setelah musim gugur lalu, IHSG sesi I menguat ke level 7.137