Jakarta ILLINI NEWS – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam mengurangi sampah. di Indonesia
Langkah ini merupakan bagian dari proyek Zero Waste to Landfill. Modusnya adalah dengan mendirikan bank sampah atau tempat pengolahan sampah terpadu (TPST).
Bekerja sama dengan pemerintah kota, LSM dan instansi terkait, BRI berupaya memperluas jaringan bank sampah dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah berkelanjutan.
Program ini juga membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan di bidang pemilahan sampah. Pelatihan pengawasan dan penguatan kelembagaan Pelatihan pengetahuan keuangan dan pelatihan pengelolaan usaha bank sampah
BRI juga melakukan pendekatan inovatif dalam pengelolaan sampah dengan menyediakan fasilitas canggih seperti mesin penghancur sampah organik. dan perangkap serangga masyarakat Dengan inovasi ini, masyarakat dapat mengolah sampah organik menjadi produk yang bernilai, seperti kompos atau pakan.
BRI juga mengimplementasikan proyek Zero Waste to Landfill, dengan menggunakan sistem pemilahan sampah di lingkungannya. Mulai dari Gedung BRI Sudirman Center dan Gedung BRI Ragunan TSI, sistemnya memisahkan lokasi TPA berdasarkan jenisnya (organik, anorganik, dan residu).
Direktur Kepatuhan BRI A. Solichin Lutfiyanto mengungkapkan inisiatif Zero Waste to Landfill merupakan langkah awal dalam menjawab tantangan global krisis sampah yang semakin mendesak.
“Kami sadar bahwa pengelolaan sampah yang baik adalah tanggung jawab kita bersama. Sebagai Badan Usaha Milik Negara, BRI berkomitmen untuk menjadi yang terdepan dalam penerapan prinsip ekonomi sirkular. Kami berharap dapat membantu melindungi lingkungan dan mendukung pemerintah melalui proyek pengelolaan sampah terpadu ini. Tujuannya untuk mencapai tujuan net zero emisi Indonesia tahun 2050,” ujarnya.
Alhasil, pada tahun 2023 dengan adanya proyek Yok Kita GAS di pasar tradisional. Dengan mengumpulkan 6 ton sampah organik dan 8 ton sampah anorganik, serta menjual total 72 kilogram cacing, program ini berhasil mentransformasikan paradigma sampah masyarakat menjadi aset bernilai ekonomi. Dengan menambah jumlah nasabah bank sampah menjadi 260, seluruh proses pengelolaan sampah mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 59 ton dan emisi CH4 sebesar 23 ton.
Sementara itu, di kantor pusat BRI dan gedung TSI BRI, program ini berhasil mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA sebanyak 50 ton per bulan, dengan total sampah daur ulang sebanyak 591 ton, sehingga terhindar dari emisi karbon dioksida sebesar 441 ton.
Sampah organik meliputi sisa makanan pekerja dan sisa dedaunan. Diolah menjadi produk cacing dan kompos. Produk cacing yang dihasilkan dari pengumpulan sampah organik perusahaan mencapai 5 ton, dan produk kompos 40 ton. 109 ton sampah plastik dan 72 ton sampah kertas berhasil didaur ulang.
“Dengan pengelolaan sampah yang berkelanjutan, kami berharap dapat mengurangi ketergantungan kita pada tempat pembuangan sampah. Kurangi emisi gas rumah kaca dan ciptakan ekonomi sirkular yang berkelanjutan,” simpul Solichin.
FYI: Sejak diluncurkan pada tahun 2021, proyek GAS BRI Peduli Yok Kita telah dilaksanakan di 41 lokasi di Indonesia. Ini mencakup 5 lokasi di pasar fisik dan 36 lokasi di lingkungan masyarakat.
(hura/hura) Simak video di bawah ini: Video: Saham BUMN Kompak Anjlok. Investor Cari Kepastian Video Danantara: BRI Melonjak Di Tengah Gejolak Ekonomi Hingga Raih Hampir Rp 30 T