JAKARTA, ILLINI NEWS – Meski kekhawatiran pasar terhadap konflik di Timur Tengah sudah mereda, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah selama lima hari berturut-turut.
Hingga akhir perdagangan Selasa ini (29/10/2024), IHSG terkoreksi 0,37% menjadi 7.606,60. Sementara IHSG mencapai titik terendah sepanjang masa di 7.587,21.
Volume perdagangannya lebih dari 28,68 miliar lembar saham, dengan frekuensi perdagangan 1,28 juta kali. Total nilai transaksi sebesar Rp 10,75 triliun.
Sebanyak 249 saham menguat, 305 saham melemah, dan 232 saham stagnan.
Enam sektor masih berakhir diperdagangkan di zona merah, dengan sektor Energi mengalami kenaikan terdalam sebesar 1,49%, diikuti oleh sektor Keuangan minus 1,04%, dan sektor Kebijaksanaan Konsumen melemah 0,35%. Selain itu, sektor kesehatan turun 0,14%, sektor kebutuhan pokok konsumen turun 0,11%, dan sektor utilitas turun 0,01%.
Selain itu, dari segi organisasi, saham perbankan, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Hari ini beban utama IHSG adalah 8,03 poin indeks dan emiten energi, PT Dian Swaistika Sentosa Tbk sebesar 7,88 poin dan Pt Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar 7,23 poin indeks.
IHSG hari ini masih cenderung membebani sentimen global, meski kekhawatiran pasar terhadap dampak konflik berkepanjangan di Timur Tengah terhadap pasokan energi mulai memudar.
Hal ini terjadi setelah harga minyak mengalami koreksi tajam. Brent turun 6,09% pada $71,42 per barel, sementara WTI AS turun 6,13% pada $67,38 per barel.
Penurunan ini terjadi setelah serangan Israel terhadap Iran pada Sabtu lalu membuktikan bahwa Israel tidak merusak fasilitas minyak dan nuklir Iran.
Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, mencatat bahwa meskipun risiko masih ada, pasar sangat sensitif terhadap peristiwa geopolitik.
Namun situasi tersebut tidak memberikan angin segar bagi pasar dalam negeri sehingga menghilangkan kekhawatiran akan kenaikan inflasi akibat kenaikan harga minyak di tengah konflik.
Sebelumnya, harga minyak naik 4% pada pekan lalu di tengah ketidakpastian seputar pemilu AS dan respons Israel terhadap serangan rudal Iran pada awal Oktober.
Serangan balik Israel dengan tiga gelombang serangan udara menyasar lebih banyak sasaran militer sehingga tidak mempengaruhi infrastruktur energi Iran.
Dan OPEC+ berencana melanjutkan kebijakan produksi minyak dan meningkatkan produksi mulai Desember mendatang. Pertemuan berikutnya dijadwalkan pada 1 Desember 2024.
Selain itu, pasar juga menunggu bagaimana hasil pemilu presiden di Negeri Paman Sam dan indeks dolar AS (DXY) masih berada di level tertinggi dalam sebulan terakhir.
Sedangkan dari dalam negeri, pelaku pasar masih menunggu musim pelaporan keuangan. Besok, Rabu (30/10/2024), bank pemerintah emiten PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) diperkirakan akan merilis laporan keuangan triwulan III 2024.
Berdasarkan konsensus Refinitiv, BRI diperkirakan akan membukukan laba bersih sebesar 13,93 triliun pada kuartal ketiga, dari total sembilan bulan sebesar 43,83 triliun.
Laba per saham (EPS) akan mencapai Rp93,31 per saham pada kuartal III, naik dari Rp91 per saham pada kuartal sebelumnya.
Sebagai perbandingan, Bank of Central Asia (BBCA) melaporkan kenaikan laba bersih sebesar 12,8% menjadi Rp 41,1 triliun pada kuartal III 2024.
Bank Negara Indonesia (BBNI) juga menunjukkan hasil positif dengan laba sebesar 16,3 triliun hingga September 2024, naik 3,52 persen dari tahun lalu, dan kredit meningkat 9,48 persen menjadi 735,02 triliun.
RISET ILLINI NEWS (tsn/tsn) Simak video di bawah ini: Video: 9M-2024, BRI sukses terbitkan Rp 45,36 triliun Artikel berikutnya Saham Bank Pelat Merah, BBRI 4%, BMRI 3% dan BBNI 2%