Jakarta, ILLINI NEWS – Pekerja Boeing kembali menolak tawaran terbaru untuk mengakhiri pemogokan yang telah berlangsung lebih dari sebulan, sehingga semakin melemahkan raksasa manufaktur tersebut.
Dengan suara 64% dari 33.000 anggotanya, Persatuan Ahli Mesin dan Pekerja Dirgantara Internasional menolak usulan kontrak tersebut. Langkah ini merupakan pukulan bagi Boeing dan pemerintahan Joe Biden, yang telah berusaha mencari solusi atas perselisihan tersebut.
“Setelah 10 tahun komitmen, masih banyak yang harus kami perjuangkan, dan kami berharap dapat melanjutkan negosiasi sesegera mungkin,” kata pemimpin serikat pekerja dalam pernyataannya setelah selesainya penghitungan suara, dilansir The Guardian, Kamis (24 ). /10). /2024).
Pemogokan dimulai pada 13 September, ketika para pekerja menuntut perbaikan hak dan kondisi kerja mereka. Tawaran kontrak terbaru Boeing mencakup kenaikan gaji sebesar 35% selama empat tahun, penerapan kembali bonus insentif, peningkatan kontribusi perusahaan sebesar 401 ribu, dan bonus sertifikasi $7.000.
Namun, para pekerja mendesak untuk mengembalikan dana pensiun yang hilang dari kontrak sebelumnya.
CEO baru Boeing, Kelly Ortberg, pada hari yang sama mengumumkan bahwa kerugian kuartalan perusahaan meningkat hingga hampir US$6 miliar atau Rp93 triliun, seiring dengan rencana untuk mengubah budaya perusahaan secara “mendasar”.
Serikat pekerja juga menolak perjanjian tersebut pada awal September lalu. Negosiasi dilanjutkan sebentar dengan bantuan mediator federal pada awal Oktober, namun kembali terhenti setelah Boeing menghentikan negosiasi dan menarik tawaran yang mencakup kenaikan 30%.
Pada tanggal 1 Oktober, Boeing menangguhkan tunjangan kesehatan bagi pekerja yang mogok, sehingga meningkatkan ketegangan di antara para pekerja. Pada saat yang sama, serikat pekerja mencatat bahwa para pekerja mencari pekerjaan paruh waktu untuk menambah penghasilan di luar tunjangan mogok sebesar $250 per minggu yang telah diberikan kepada mereka sejak minggu ketiga pemogokan.
Menurut analisis dari Anderson Economic Group, pemogokan tersebut telah menimbulkan kerugian ekonomi langsung sebesar $7,6 miliar, termasuk $4,35 miliar bagi Boeing dan hampir $2 miliar bagi pemasoknya.
Ketika pemogokan berlanjut, Boeing juga mengumumkan rencana untuk memberhentikan 17.000 pekerja sebagai bagian dari pengurangan 10 persen di divisi komersialnya.
Uang ‘Membakar’
Sementara itu, Boeing diperkirakan akan mengambil tindakan pada tahun depan. Hal ini disampaikan oleh CFO Boeing Brian West kepada para analis.
West memperkirakan perusahaan akan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2025 dan tiga bulan terakhir tahun 2024, sehingga menyebabkan saham Boeing anjlok 1,7 persen menjadi $157,15.
West mengatakan perusahaannya mempunyai rencana untuk menangani neraca Boeing dalam waktu dekat yang mungkin mencakup penerbitan sekuritas terkait ekuitas, namun tidak memberikan batas waktu. Reuters melaporkan bahwa peningkatannya bisa mencapai sekitar 15 miliar dolar AS.
“Berdasarkan perkiraan terbaik kami saat ini mengenai permintaan pasar, tingkat produksi yang direncanakan, waktu penerimaan dan pengiriman kas, serta kemampuan kami untuk berhasil menerapkan langkah-langkah peningkatan likuiditas, kami yakin bahwa kami akan mampu mendanai operasi kami di masa mendatang. .” ,” kata Boeing dalam pengajuan peraturan, seperti dikutip oleh Reuters.
“Kami juga yakin kami memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas tambahan,” tambah Boeing.
(luc/luc) Simak video berikut ini: Video: Solusi Terbaik Saat Harga Tiket Pesawat Naik. Artikel Berikutnya ‘Rahasia’ Baru Boeing Terungkap, Pekerjanya Tidak Berkualifikasi