JAKARTA, ILLINI NEWS – Mata uang Garuda berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah sentimen global mendapat tekanan selama lebih dari seminggu.
Pada penutupan perdagangan Selasa (8/10/2024), rupiah menguat 0,22% menjadi Rp 15.640/USD hari ini, menurut Refinitiv.
Sedangkan Indeks Dolar AS (DXY) turun 0,2% menjadi 102,327. Pelemahan tersebut menjadi salah satu faktor pendorong penguatan rupee pada hari ini (8/10/2024).
Selain itu, konsolidasi tersebut didukung oleh optimisme pasar terhadap stabilitas perekonomian domestik dan aktifnya intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar valuta asing. Penguatan rupee ini terjadi meski konflik di Timur Tengah terus memanas dan menimbulkan ketidakpastian global.
Menyusul meningkatnya konflik antara Israel, Hamas, dan Hizbullah, pasar keuangan global berada di bawah tekanan.
Namun, rupiah berhasil bertahan di tengah kenaikan harga komoditas seperti minyak dan emas yang diharapkan dapat menyeimbangkan defisit perdagangan Indonesia.
Sementara itu, dari dalam negeri, BI baru-baru ini merilis data cadangan devisa yang turun tipis dari $150,2 miliar menjadi $149,9 miliar.
Meski menurun, posisi cadangan devisa masih cukup kuat untuk menutupi 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor sekaligus membayar utang luar negeri pemerintah.
Hal ini menunjukkan masih ada ruang bagi BI untuk melakukan intervensi guna menjaga rupee tetap stabil di tengah kuatnya tekanan eksternal.
Menurut Riset Ekonomi BCA, meski apresiasi rupee masih terbatas, intervensi BI dan masih besarnya posisi cadangan devisa menjadi faktor utama penopang nilai tukar.
Pasar juga melihat kemungkinan penurunan suku bunga oleh BI sejalan dengan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang diharapkan dapat mengurangi tekanan terhadap rupee.
Dalam kondisi tersebut, rupee menunjukkan stabilitas yang cukup baik, meskipun risiko akibat perkembangan geopolitik global masih perlu terus dipantau.
Investigasi ILLINI NEWS
(rev/rev) Simak video di bawah ini: Video: IHSG terkoreksi ke level 7.500 hingga rupee menguat Artikel berikutnya Perekonomian RI belum tumbuh maksimal, bagaimana dengan rupee selanjutnya?