JAKARTA, ILLINI NEWS – Rencana Bisnis Perbankan (RBB) IV-2024 2024. Berdasarkan Survei Orientasi Bisnis Bank (SOBP) tahun 2010, sebagian bank pesimistis terhadap kemampuannya dalam meningkatkan kredit dan dana pihak ketiga (DPK).
Hasil survei menunjukkan bahwa pesimisme tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya pertumbuhan kelas menengah bawah yang berdampak pada melambatnya pertumbuhan pendapatan sehingga berdampak pada pertumbuhan baik giro kredit maupun DPK. Selain itu, menurut responden perbankan, persaingan suku bunga antar bank yang cukup ketat menyebabkan kekecewaan terhadap pencapaian tujuan tersebut.
Wakil Presiden Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioxa Siyahan menilai situasi saat ini merupakan persaingan likuiditas. Hal ini disebabkan oleh tren suku bunga utama yang sudah mulai menurun, namun diperkirakan akan terus berlanjut dan berpeluang naik kembali.
“Ini menyulitkan bank untuk bersaing mendapatkan likuiditas. Oleh karena itu, kita terus melihat persaingan suku bunga di bank kita, suka atau tidak,” kata Trioxa kepada ILLINI NEWS, Selasa (26/11/2024).
Tantangan ini kemudian diperparah dengan fenomena menurunnya daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah.
“Namun, kalau bisa perbankan harus memastikan kinerjanya tidak menurun. Menurut saya masih sangat bagus. Oleh karena itu, kinerja bank pada tahun 2024 akan sedikit tertinggal dari tahun sebelumnya,” tambah Trioxa.
PT Bank OK Indonesia Tbk. Kepala Pejabat Kepatuhan. (DNAR) Efdinal Alamsyah mengaku pihaknya juga mengalami situasi serupa.
“Memang ada tantangan yang akan dihadapi perbankan hingga akhir tahun, meski banyak indikator yang menunjukkan perbaikan,” ujarnya saat dihubungi ILLINI NEWS, Selasa (26/11/2024).
Menurut dia, tantangan perekonomian saat ini tercermin dari SOBP triwulan IV 2024 yang menunjukkan pesimisme banyak bank terhadap target pertumbuhan penyaluran kredit dan DPK.
Efdinal memaparkan sejumlah strategi yang dilakukan pihaknya untuk mencapai target RBB 2024.
Dari sisi penyaluran kredit, OK Bank berupaya mengoptimalkan pertumbuhan kredit pada segmen strategis dan fleksibel. Bank kemudian bermitra dengan fintech dan e-commerce untuk memperluas akses keuangan dan tabungan.
Dalam rangka pembiayaan, OK Bank mendiversifikasi produknya dengan program tabungan dengan insentif seperti bonus bunga atau hadiah menarik. Selain itu, penguatan layanan digital seperti mobile banking dan internet banking untuk kenyamanan dan efisiensi nasabah.
OK Bank terus memperkuat dana murah (CASA) untuk mengurangi ketergantungan pada dana mahal, kata Efdinal.
“Terakhir, tingkatkan customer engagement dengan berbagai program loyalitas dan reward untuk meningkatkan retensi pelanggan, seperti poin reward dan cash back,” tutupnya.
Beberapa bank justru telah menarik target kinerja tahun 2024. Contohnya adalah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) yang mengubah target pertumbuhan laba sekitar 1% pada akhir tahun 2024 pada pertengahan tahun ini. Menurut analis, ini merupakan penurunan yang sangat signifikan dari target keuntungan awal dua digit sebesar 10% menjadi 11%. Materi Rapat sampai dengan bulan Juni 2024.
Presiden dan Direktur BTN, Nixon L.P. Napitupulu mengungkapkan, hal ini disebabkan adanya tekanan pada biaya pendanaan atau cost of fund (CoF) akibat kenaikan suku bunga acuan. Oleh karena itu, menurut dia, lebih baik bank-bank pelat merah menurunkan target dibandingkan memenuhi ekspektasi.
“Saya ingin menguranginya, tapi saya bisa memberikan lebih dari yang saya janjikan, tetapi saya tidak bisa memenuhinya. Jadi saya harus realistis, biaya sumber daya akan terus meningkat,” ujarnya kepada KPR dan KUR BTN pada bulan tersebut. Acara Acad Rabu lalu (31/07/2024) di Perumahan Pesona Kahuripan 9, Kabupaten Bogor.
Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk juga merevisi batas bawah pertumbuhan kredit pada tahun ini. Sunarso, Direktur Utama BRI, memperkirakan risiko kredit tinggi pada kuartal II-2024 dengan pertumbuhan ekonomi yang moderat.
Profil risiko tersebut akan menurun saat kita memasuki kuartal ketiga dan keempat tahun ini, kata Sunarso. Namun, pertumbuhan ekonomi masih moderat.
Menurut Sunarso, bank masih memiliki likuiditas untuk memperluas penyaluran kredit pada tahun ini. “Dalam arti tertentu, kita pasti akan menjaga LDR yang sehat, tapi bukan berarti kita akan mengekang penyaluran kredit, karena kredit kita tumbuh 10,9%, jadi walaupun kita punya kredit dua digit, kita harus bisa mari kita tingkatkan. memperluas pinjaman dua digit meskipun ada kenaikan suku bunga,” katanya.
BRI juga menetapkan target pinjaman yang lebih moderat, batas bawah sebesar 10-12% per tahun. Sebagai acuan, pada awal tahun BRI memantapkan pertumbuhan kredit tahunan sekitar 11-12%.
OJK mencatat pada September 2024, pertumbuhan kredit perbankan melambat menjadi 10,85% y-o-y atau year-on-year (y/y) menjadi Rp 7.579,25 triliun. Sebulan lalu, pinjaman bank meningkat 11,40%.
Pada periode yang sama, Bank Indonesia (BI) melaporkan kepemilikan deposito rupiah dan valas (valas) meningkat sebesar 4,6% year-on-year (y-o-y). Peningkatan ini lebih rendah 5,4% dibandingkan bulan sebelumnya pada tahun ini.
Berdasarkan kelompok nasabah, deposito perorangan mengalami dampak terburuk, meningkat 2,7 persen year-on-year menjadi Rp 1.442,7 triliun pada September 2024. Penurunan ini lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya yang meningkat sebesar -2,0% year-on-year.
(mkh/mkh) Tonton video di bawah ini: Video: Hindari Dampak PPN 12%, Perusahaan Kartu Kredit Harus Siapkan Strategi Ini! Artikel Berikutnya OJK Sebut Tekanan Likuiditas Perbankan di RI: Alasannya